Konsultan properti Colliers International menyatakan bahwa tingkat suku bunga perbankan yang terdapat di Indonesia masih cukup tinggi, sehingga dinilai kurang ampuh untuk bisa melesatkan kinerja sektor properti nasional.Yang masih bermasalah itu adalah interest rate...
"Yang masih bermasalah itu adalah interest rate (tingkat suku bunga) terlalu tinggi," kata Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia, Ferry Salanto, di Jakarta, Rabu.
Ferry Salanto mengakui bahwa pemerintah pada saat ini telah mengeluarkan banyak jurus kebijakan seperti LTV (loan to value) hingga regulasi perpajakan agar semakin banyak yang mau membeli atau berinvestasi di sektor properti.
Namun, lanjut Ferry, dengan tingkat suku bunga yang masih tinggi, maka orang yang mau berinvestasi di properti juga akan banyak berpikir untuk membayar cicilannya.
"Dari sisi orang yang membayar cicilan itu signifikan, kalau tingkat bunganya berbeda satu atau dua digit," kata Ferry.
Apalagi ia mengingatkan bahwa ada kecenderungan bahwa kebijakan penurunan tingkat suku bunga acuan oleh Bank Indonesia masih susah diikuti oleh penurunan suku bunga bank dengan segera.
Sebelumnya peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Fajar B Hirawan mengatakan penurunan suku bunga acuan menjadi 5,25 persen akan menahan potensi perlambatan sektor konsumsi. Baca juga: CSIS: Penurunan BI rate tahan potensi perlambatan sektor konsumsi
Baca juga: Pemilik hotel fokus bidik milenial, hotel instagrammable dikembangkan
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019