• Beranda
  • Berita
  • PMI terapkan respon berbasis forecast hadapi bencana hidrometeorologi

PMI terapkan respon berbasis forecast hadapi bencana hidrometeorologi

11 Oktober 2019 15:51 WIB
PMI terapkan respon berbasis forecast hadapi bencana hidrometeorologi
Kepala Divisi Penanggulangan Bencana PMI Pusat Arifin M Hadi saat memaparkan berbagai program PMI di seminar yang digelar Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam rangkaian peringatan bulan pengurangan risiko bencana (PRB) 2019 yang dilaksanakan di Provinsi Bangka Belitung. (Foto: PMI Pusat)
Palang Merah Indonesia (PMI) mengembangkan strategi pendekatan aksi dini berbasiskan forecast (prakiraan cuaca) dalam merespon menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi Indonesia.

"Strategi pendekatan forecast based early action (FBA) bekerjasama dengan Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) dan Red Cross Climate Center dan Kartoza dalam upaya mengembangkan pengurangan risiko bencana hidrometeorologi di Indonesia," kata Kepala Divisi Penanggulangan Bencana PMI Pusat Arifin M Hadi melalui sambungan telepon, Jumat.

Seminar digelar Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam rangkaian peringatan bulan pengurangan risiko bencana (PRB) 2019 yang dilaksanakan di Provinsi Bangka Belitung

Baca juga: PMI Cianjur kerahkan relawannya evakuasi dua korban tertimbun longsor

Baca juga: PMI Bantul sebut kekeringan dampak kemarau 2019 lebih panjang


Strategi aksi dan peringatan dini siaga darurat ini diperlukan sebelum bahaya bencana datang dengan tujuan untuk meminimalisasi dampak serta menyelamatkan jiwa, harta benda dan perekonomian masyarakat.

Selain itu, sejak 2007, Gerakan Palang Merah-Bulan Sabit Merah telah membangun konsep Forecast-Based Financing (FBF) dengan percontohan di 15 negara, salah satunya Indonesia.

"Adapun komponennya, mengetahui keandalan prakiraan, ketersediaan dana aksi dini, menetapkan ambang batas berbasis dampak dan membangun Early Action Protocol (EAP)," katanya.

Kedepan, PMI akan bekerjasama dengan BNPB dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk mengupgrade INA-SAFE sehingga lebih maksimal digunakan sebagai rujukan forecast.

Lebih lanjut Arifin menambahkan PMI tahun ini juga akan memaksimalkan aplikasi Flood Early Warning Early Action sebagai rujukan utama untuk pilot dalam penerapan Forecast Based Action di sepanjang Sungai Bengawan Solo. "Untuk itu, saatnya masyarakat memulai menggunakan teknologi forecast untuk melakukan aksi dini," katanya.

Dalam diskusi panel ini, selain menghadirkan  wakik dari PMI turut hadir sejumlah narasumber dari lembaga lainnya seperti dari Kementerian Koordiantor Bidang Kemaritiman, Fakultas Geografi Universitas Gajah Mada, Wetlands International indonesia dan JICA.*

Baca juga: JICA dan PMI hibur anak korban bencana gempa dan tsunami Sulteng

Baca juga: PMI kerahkan relawan bantu pengungsi korban kerusuhan Wamena

Pewarta: Aditia Aulia Rohman
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019