"Saya bersedih bahwa peristiwa tersebut terjadi dan berdoa semoga Bapak Wiranto sehat walafiat dan dapat kembali menunaikan tugas sehari-hari," kata dia melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Sebagai masyarakat cinta damai, Din Syamsuddin mengecam berbagai bentuk tindak kekerasan oleh siapapun dan atas nama apapun hal itu dilakukan.
Menurutnya, bentuk kekerasan apa pun yang mengatasnamakan agama atau kepentingan politik, tidak boleh dibiarkan begitu saja. Oleh karena itu, aparat kepolisian diminta mengusut tuntas.
Apalagi, kekerasan tersebut mengenai para pejabat negara maupun tokoh agama seperti kejadian yang pernah terjadi beberapa waktu lalu.
Ketua umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah periode 2005-2010 dan 2010-2015 tersebut menyarankan kejadian itu harus dapat diselesaikan secara tuntas dengan menyingkap pelakunya.
"Kemungkinan ada aktor intelektual di baliknya," ujar dia.
Baca juga: Prabowo: Wiranto ditusuk bukan rekayasa
Baca juga: Sespri usulkan agar Wiranto tak datang ke Pandeglang
Label radikal
Ia mengatakan apa yang selalu dilakukan pihak berwajib selama ini dengan cepat menyimpulkan pelaku terpapar ekstrimisme atau terkait kelompok radikal jika kemalangan menimpa pejabat.
Namun, apabila hal itu terjadi pada ulama atau tokoh agama, pelakunya disebutkan orang gila. Hal itu dinilainya tidak menyelesaikan dan menuntaskan akar masalah.
Penyimpulan pelaku tindak kekerasan yang terpapar ekstrimisme dan radikalisme apalagi menyebut kelompok ISIS, kata Din Syamsuddin, merupakan simplifikasi masalah yang tidak akan menyelesaikan masalah.
"Hal itu merupakan generalisasi yang berbahaya," katanya.
Akibatnya, ujar pria bernama lengkap Muhammad Sirajuddin Syamsuddin tersebut, sebagian masyarakat khususnya umat Islam banyak yang sudah merasa bosan dengan pendekatan seperti itu dan akhirnya hilang kepercayaan serta bersikap abai.*
Baca juga: Prabowo Subianto jenguk Wiranto di RSPAD
Baca juga: Istri posting nyiyir Wiranto, Komandan Kodim Kendari dicopot
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019