Fadona sangat mensyukuri keberhasilannya menjadi juara, terlebih ia menjalani pertandingan final dengan kondisi fisik yang tidak 100 persen bugar.
"Alhamdulillah senang banget. Sebenarnya dari semi (final) sudah kram semua. Bahkan sempat mau retire. Tapi setelah dicoba ternyata saya masih kuat, jadi lanjut terus," kata Fadona saat ditemui setelah pertandingan.
Petenis yang akan membela Kalimantan Selatan pada PON Papua itu mengaku dirinya sempat banyak ditekan selama pertandingan, terlebih permainan Fitriana sangat mengandalkan tenaga.
Pertarungan antara kedua petenis muda ini berlangsung ketat pada fase awal set pertama. Kedudukan sempat imbang 3-3.
Namun setelah itu Fadona berhasil menguasai tiga gim berikutnya, untuk mengamankan kemenangan 6-3.
Pada set kedua, Fadona kembali memegang kendali permainan. Fitriana sempat memberi perlawanan, namun petenis yang memiliki saudara kembar ini harus takluk dengan keunggulan 7-5 bagi Fadona.
Meski menjadi juara Moya Open, ia merasa keberhasilan ini sedikit kurang karena ia tidak bertanding melawan para petenis putri yang lebih senior.
"Mudah-mudahan pada event-event berikutnya saya bisa ketemu para senior. Apapun hasilnya nanti, yang penting bikin rame lah," ujar Fadona.
Baca juga: Althaf juara tunggal putra Moya Open setelah libas Adhitya di final
Baca juga: Beatrice/Jessy melaju mulus ke final Moya Open
Pewarta: A Rauf Andar Adipati
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2019