Pembangunan Bendungan Napun Gete di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang saat ini sudah mencapai 70,96 persen ditargetkan selesai pada 2020, sehingga upaya mewujudkan kedaulatan pangan dan ketahanan air di provinsi itu bisa tercapai.Pembangunan bendungan juga harus diikuti oleh pembangunan jaringan irigasinya
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan bahwa ketersediaan air menjadi kunci pembangunan di NTT yang memiliki curah hujan lebih rendah dibanding daerah lain.
“Pembangunan bendungan juga harus diikuti oleh pembangunan jaringan irigasinya. Dengan demikian bendungan yang dibangun dengan biaya besar dapat bermanfaat karena air nya dipastikan mengalir sampai ke sawah-sawah milik petani,” kata Menteri Basuki dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin.
Total nilai kontrak pembangunannya sebesar Rp884 miliar dengan kontraktor PT Nindya Karya (Persero). Bendungan ini memiliki kapasitas tampung 11,22 juta meter kubik dengan luas genangan 99,78 hektare.
Bendungan ini nantinya akan dapat mengairi sawah irigasi seluas 300 hektare, menyediakan air baku sebanyak 214 liter per detik, pengendali banjir sebanyak 219 meter kubik per detik dan memiliki potensi pembangkit tenaga listrik sebesar 0,71 megawatt.
Kepala Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II Kupang Agus Sosiawan mengatakan selain Bendungan Napun Gete, ada dua bendungan lainnya yang dibangun di Provinsi NTT yaitu Bendungan Temef di Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Manikin di Kabupaten Kupang.
“Kedua bendungan tersebut ditargetkan selesai masing-masing pada akhir tahun 2021 dan tahun 2022. Sementara ada satu lagi bendungan yang akan dibangun, saat ini dalam proses pembahasan teknis yakni Bendungan Mbay di Kabupaten Nagekeo dengan kapasitas tampung sebesar 34,14 juta meter kubik,” ujarnya.
Bendungan Temef memiliki luas genangan 380 Ha dengan kapasitas tampung 45,78 meter kubik untuk mengalir irigasi 600 Ha, air baku 10 liter per detik dan potensi tenaga listrik sebesar 2,6 megawatt. Total biaya pengerjaan bendungan Rp1,5 triliun. Pembangunannya dikerjakan kontraktor PT Waskita Karya dan PT Nindya Karya.
Bendungan Manikin merupakan bendungan yang baru dimulai pengerjaannya tahun 2019 setelah kontraknya ditandatangani pada akhir Desember 2018 dengan kontraktor pelaksana adalah PT Wijaya Karya dan PT Pembangunan Perumahan.
Bendungan Manikin memiliki kapasitas tampung 28,2 juta meter kubik dengan biaya konstruksi sebesar Rp1,9 triliun.
Keberadaan bendungan ini diharapkan untuk menyediakan air baku di Kabupaten Kupang dengan debit sebesar 0,7 m3 per detik, irigasi 310 hektare lahan pertanian, pengendalian banjir 600 meter kubik per detik, pengembangan pariwisata, serta pembangkit listrik tenaga mikro hidro dengan daya 0,1 MW.
Selain bendungan, Kementerian PUPR melalui Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II Kupang, juga melakukan pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi. Pada tahun 2019 dianggarkan sebesar Rp 202 miliar untuk pembangunan jaringan irigasi baru dan rehabilitasi di enam lokasi sepanjang total 315 kilometer.
Tiga lokasi diantaranya daerah irigasi (DI) Bendungan Ratiklot di Kabupaten Belu, DI Kodi di Kabupaten Sumba Barat Daya, dan DI Wae Mantar Kabupaten Manggarai. Pembangunan jaringan transmisi air baku dari Bendungan Rotiklot sepanjang 30 kilometer juga dianggarkan tahun 2019 sebesar Rp20 miliar.
Kemudian pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi di Bendung Mautenda Kabupaten Ende dan Baing di Kabupaten Sumba Timur sepanjang 58 kilometer. Biaya pengerjaan fisiknya sebesar Rp 99 miliar dari anggaran tahun 2019.
Pada tahun 2015 - 2018 juga telah dibangun sejumlah embung di Provinsi NTT terutama di daerah rawan air dengan anggaran sebesar Rp649,2 miliar di 292 lokasi, yaitu di tahun 2015 pada 136 lokasi, tahun 2016 pada 105 lokasi, tahun 2017 pada 27 lokasi, dan tahun 2018 pada 24 lokasi.
Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019