Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengatakan industrialisasi di hulu menjadi salah satu kunci menekan defisit neraca perdagangan agar tidak banyak bergantung dengan impor.Industrialisasi sudah kami bicarakan lama, tapi kenyataan sekarang ini masih banyak belum jalan
"Industrialisasi sudah kami bicarakan lama, tapi kenyataan sekarang ini masih banyak belum jalan. Pengembangan industri hulu, ini sekarang difokuskan," kata Wakil Ketua Umum Apindo Shinta Widjaja Kamdani saat hadir dalam Forum Investasi dan Perdagangan Indonesia 2019 di Jakarta, Selasa.
Untuk menggenjot ekspor, ia mendorong diversifikasi pasar agar tidak banyak tergantung dengan pasar atau negara utama tujuan ekspor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat China dan Amerika Serikat (AS) merupakan dua negara pasar utama tujuan ekspor Indonesia.
"Sebenarnya minat banyak, sekarang bagaimana membuat itu (industrialisasi) terjadi. Kembali ke aturan main, jika pasar ada, negara tujuan pasar ada, kita mesti permudah bagi pelaku usaha untuk impor dan ekspor, karena kalau mau ekspor lebih besar perlu tetap impor," kata Shinta.
Shinta menyebut saat ini bahan baku dan bahan penolong sekitar 70 persen masih didominasi impor. Dengan adanya industrialisasi di hulu, Shinta mengatakan kebutuhan impor bahan baku dan bahan penolong bisa ditekan.
BPS mencatat . secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-September 2019 mencapai 124,17 miliar dolar AS atau menurun 8,0 persen dibanding periode yang sama tahun 2018, demikian juga ekspor nonmigas mencapai 114,75 miliar dolar AS atau menurun 6,22 persen.
Sementara untuk impor Indonesia pada September 2019 mencapai 14,26 miliar dolar AS atau naik 0,63 persen dibanding Agustus 2019, namun nilai tersebut diketahui mengalami penurunan 2,41 persen bila dibandingkan nilai impor September 2018.
Baca juga: Kemenperin andalkan "super deduction tax" dongkrak industri elektronik
Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019