Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Puan Maharani menilai sikap Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menyambangi sejumlah tokoh bukan karena Gerindra ingin bermanuver ke dalam partai koalisi Presiden Joko Widodo (Jokowi)."Saya melihat Gerindra bukan bermanuver, saya melihatnya sebagai suatu silaturahmi yang dilakukan partai yang tadinya berseberangan dalam pemilu menjadi lawan politik untuk mempunyai komitmen bersama-sama membangun bangsa ini," ujar Puan
"Saya melihat Gerindra bukan bermanuver, saya melihatnya sebagai suatu silaturahmi yang dilakukan partai yang tadinya berseberangan dalam pemilu menjadi lawan politik untuk mempunyai komitmen bersama-sama membangun bangsa ini," ujar Puan, di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Golkar: Peluang Gerindra masuk koalisi jadi wilayah Presiden
Menurut Puan, silaturahmi yang dilakukan oleh partai yang tadinya berseberangan dengan pemerintah (oposisi) memiliki dua kecenderungan. Yang pertama, adanya keinginan untuk bersinergi membangun bangsa. Kedua, bisa dihubungkan dengan masalah 'meminta jatah' di kabinet.
Namun, Puan mengingatkan bahwa posisi di kabinet nanti itu merupakan hak prerogatif presiden yang tidak boleh diganggu siapa pun.
"Silaturahmi boleh saja dihubungkan dengan masalah kabinet. Tapi, itu merupakan prerogatif presiden. Bisa juga (Gerindra, Red) hanya ingin membangun silaturahmi untuk sama-sama membangun bangsa," ujar Puan.
Baca juga: Golkar-Gerindra sepakat kerja sama perkuat stabilitas politik
Silaturahmi, menurut Puan, menjadi sangat penting dilakukan mengingat Indonesia memiliki wilayah dan jumlah penduduk yang sangat besar, sehingga hanya dapat dibangun secara bersama-sama dan bergotong royong.
Puan mengatakan membangun Indonesia tidak dapat dilakukan jika berada di luar pemerintah, namun lebih mudah dilakukan jika berada di dalam pemerintah. Hal itu menjelaskan kenapa Gerindra mencoba merangkul sejumlah tokoh partai yang mendukung pemerintah.
Puan berharap silaturahmi itu berlangsung terus-menerus sehingga tidak terjadi miskomunikasi di antara partai politik.
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019