"Sebenarnya kalau secara harafiah bisa diartikan kebangkitan. Kami melihat sekarang identitas Asia sudah mulai bangkit. Kami benar-benar ingin menggali lagi kekayaan identitas Asia," kata Direktur Festival JAFF Ifa Isfansyah dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu.
Penyelenggaraan JAFF ke-14 itu akan menampilkan 107 film dalam program pemutaran yang terbagi menjadi program kompetisi dan nonkompetisi, seperti Asian Perspectives, Asian Feature, Light of Asia, JAFF Indonesian Screen Awards, dan Open Air Cinema.
Tercatat sebanyak 23 negara Asia ikut terlibat dalam JAFF 2019, seperti Filipina, Kamboja, China, Iran, Korea Selatan, Jepang, Sri Lanka, Bhutan, Jordan, Bangladesh, Tibet, dan sejumlah negara lain.
Baca juga: "Keluarga Cemara" tayang perdana di Jogja-Netpac Asian Film Festival
Film-film produksi sineas Asia saat ini, menurut Ifa, mampu bersaing di kancah global dan bahkan telah diperhitungkan.
"Konten Asia itu jadi kekuatan yang sangat diperhitungkan oleh budaya barat yang sebelumnya jadi kiblat kita. Dan, semangat itu yang ingin sampai di kita," ujar Ifa Isfansyah.
JAFF 2019 akan dibuka dengan pemutaran film "Abracadabra" karya sutradara Faozan Rizal dan dibintangi oleh Reza Rahadian yang sekaligus menjadi pemutaran perdana. Selain itu, "Humba Dreams" karya Riri Riza juga akan tayang di JAFF 2019.
Selain pemutaran film, JAFF 2019 juga menghadirkan program edukasi dengan mengundang Sean O'Neill yang seblumnya pernah terlibat dalam sinematografi film seperti "The Great Wall" (2016), dan "Mulan" (2020).
Baca juga: Jogja-Netpac Asian Film Festival angkat tema "Disruption"
Pewarta: Yogi Rachman
Editor: Imam Santoso
Copyright © ANTARA 2019