Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Luky Alfirman mengatakan ekonomi Indonesia masih bertahan meski Dana Moneter Internasional (IMF) kembali merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia yang turun 0,2 persen menjadi 3 persen.tahun 2050 Indonesia bisa menjadi kekuatan ekonomi nomor empat dunia
"Indonesia negara besar dengan populasi 260 juta dan pertumbuhan masyarakat pendapatan menengah bertumbuh serta menikmati bonus demografi," katanya saat hadir dalam diskusi Trade Expo di Tangerang, Banten, Rabu.
Kepada para pembeli dan penjual mancanegara dalam eksibisi itu, Luky menyebutkan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi terbesar Indonesia berasal dari konsumsi.
Baca juga: JK: Pertumbuhan ekonomi masih jadi pekerjaan rumah
Menurut dia, sektor konsumsi berkontribusi sebesar 56 persen kepada pertumbuhan ekonomi Indonesia yang menjadi peluang besar bagi perdagangan.
Sedangkan dilihat dari sektor, lanjut dia, manufaktur menduduki posisi pertama diikuti pertanian dan ketiga, sektor perdagangan berkontribusi terhadap produk domestik bruto.
Dalam hal pertumbuhan ekonomi dalam tataran global, lanjut dia, Indonesia menduduki posisi ketiga setelah China dan India dalam grup negara-negara G-20.
"Jika kami bisa mempertahankan pertumbuhan ekonomi sekitar 5-6 persen setiap tahun, maka tahun 2050 Indonesia bisa menjadi kekuatan ekonomi nomor empat dunia karena ekonomi kami masih solid," katanya.
Baca juga: Menko Darmin beberkan untung rugi porsi ekspor impor tidak besar
Luky juga menambahkan Lembaga pemeringkat global, Standard and Poors (S&P), beberapa waktu lalu menaikkan peringkat utang Indonesia menjadi BBB dari minus BBB.
Dengan rating positif itu, membuat Indonesia semakin menjadi negara yang layak untuk investasi.
Ia mengakui pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2010 sempat di atas 6 persen namun turun menjadi 4,9 persen tahun 2015 karena saat itu Indonesia banyak bertumpu pada perdagangan komoditas yang sempat anjlok harganya.
Kemudian, lanjut dia, ekonomi Indonesia mengalami perbaikan tahun 2016-2017 setelah pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla fokus pada strategi pembangunan infrastruktur uang menstimulus pertumbuhan ekonomi.
"Perlahan tapi meyakinkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun lalu (2018) mencapai 5,2 persen," katanya.
Baca juga: ADB turunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia
Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019