Corporate Secretary AirANav Indonesia, Novy Pantaryanto di Kulon Progo, Rabu, mengatakan saat ini, menara air traffic control Bandara Internasional Yogyakarta (BIY) baru melakukan navigasi 26 pesawat yang mendarat dan pesawat yang terbang dalam sehari.
"Pada saat operasi penuh, menara air traffic control BIY bisa melakukan navigasi 28 penerbangan per jam. Kami optimistis dengan landasan pacu 3.250 meter, dan terminal mendukung, kami siap memberikan pelayanan optimal," kata Novy.
Baca juga: Peran penting pemandu navigasi udara di saat genting
Ia mengatakan nilai investasi menara air traffic control di BIY ini lebih dari Rp100 miliar, Rp68 miliar di antarnya untuk peralatan Menara air traffic control (ATC).
Menara ATC setinggi 48,5 meter dalam delapan lantai sudah menjulang meski gedung penunjang administrasinya masih dalam proses penyempurnaan interior. Menara itu sudah beroperasi normal sejak penerbangan pertama berlangsung di Bandara YIA pada 6 Mei 2019 lalu.
Selain itu, Menara ATC BIY menjadi aerodrome control tower (ADC) dengan sejumlah peralatan terbaru yang canggih dan serba digital berbasis satelit atau performance based navigation (PBN). Termasuk di dalamnya AFTN (Aeronautical Fixed Telecommunication Network), VSAT (Very Small Apperture Terminal), serta perangkat AWOS (Automated Weather Observation System) untuk pantauan informasi cuaca secara real time. Termasuk, arah dan kecepatan angin, tekanan di permukaan landasan pacu, jarak pandang, dan lainnya.
Baca juga: Airnav: 400 pesawat mendarat dan terbang di Bandara Juanda tiap hari
Personel ATC bekerja dalam dua shift per hari dengan masing-masing ada enam personel. Yakni, executive controller dan nautical reporting officer beserta asisten dan satu supervisor. Perlahan juga akan dilengkapi tim suppor seperti teknisi dan lainnya. Sekarang ini operasional masih di bawah kendali AirNav Cabang Yogyakarta.
"Menara ini sangat representatif dan berkelas internasional. Akhir tahun jika dibutuhkan kami juga siap untuk menghadapi peak season dengan lebih banyak penambahan jadwal penerbangan. SDM bisa diatur dengan baik," kata Novy.
Sekadar informasi, arah terbang pesawat di Bandara YIA diarahkan pada checkpoint baru berkode GUDEG pada jarak 30 nautical mile (mil laut) di ke arah selatan, tepatnya di atas laut selatan dengan ketinggian 8.000 kaki. Prosedur ini berlaku untuk proses take off maupun landing sesuai instumen flight procedure (IFP) yang telah disusun AirNav Indonesia.
Pesawat yang baru saja lepas landas dari YIA juga akan dipandu menuju titik itu sebelum menempuh rutenya ke tujuan, Untuk landing dan take off tidak diarahkan ke sisi utara karena terdapat deretan Perbukitan Menoreh dengan kontur area tidak merata sehiingga berpotensi menimbulkan hazard (gangguan) untuk operasi pesawat yang terbang rendah.
Hal itu sekaligus juga menjadi bentuk pemisahan dengan jalur terbang pesawat dari Adisucipto maupun jalur penerbangan aktif dari pesawat militer TNI AU. Dengan begitu, sekalipun ada pesawat di YIA maupun Adisucipto terbang landas dalam waktu yang sama, mereka tidak akan saling bersinggungan di angkasa.
Sementara itu, General Manager PT Angkasa Pura I Yogyakarta Agus Pandu Purnama mengatakan AP I mentargetkan pembangunan fisik BIY selesai dibangun seluruhnya pada akhir tahun. Pada Januari 2020, AP I rencananya akan memindahkan operasi penerbangan rute domestik dari Bandara Adisutjipto Yogyakarta (JOG) di Sleman ke YIA.
"Secara eksisting saat ini ada 140 penerbangan domestik di JOG dan seluruhnya akan dipindahkan ke YIA sehingga bandara baru itu nantinya akan melayani sekitar 140 jadwal penerbangan berbagai destinasi," katanya.
Pewarta: Sutarmi
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019