Akademi Swedia mempertahankan keputusan mereka untuk menganugerahkan Nobel Sastra 2019 kepada penulis asal Austria, Peter Handke, meskipun ada kontroversi bahwa dia berkomentar tak pantas soal pembantaian Srebrenica.
Penganugerahan kepada Handke memicu kritik berbagai pihak, termasuk dari para penyintas pembantaian Srebrenica yang meminta Akademi Swedia menarik kembali hadiah sebesar sembilan juta Krona (sekitar Rp13 miliar).
Ketua asosiasi Para Ibu Srebrenica, Munira Subasic, yang mewakili para penyintas pembantaian 1995 itu, mengatakan bahwa keputusan Akademi Swedia “memalukan”.
Baca juga: Nobel Kesusastraan diraih Peter Handke, Olga Tokarczuk
Pada 2006, Handke berbicara di pemakaman pemimpin Serbia, Slobodan Milosevic, yang meninggal saat berada dalam penahanan untuk menunggu putusan peradilan di pengadilan kejahatan perang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Den Haag.
Penulis itu juga menyerukan dukungan pada pemimpin Bosnia Radovan Karadzic dan Ratko Mladic, yang dihukum atas kasus genosida terhadap lebih dari delapan ribu Muslim laki-laki di area kantung perlindungan PBB di Srebrenica.
Ketua Akademi Swedia Mats Malm mengakui bahwa Handke membuat komentar yang tak sepatutnya, seperti dilansir dari artikel harian Swedia, Dagens Nyheter.
Namun, Malm menambahkan, Handke tidak mengagung-agungkan pertumpahan darah dan jelas telah mengutuk pembantaian Srebrenica.
“Akademi Swedia tidak menemukan apa pun pada tulisannya yang mengangkat serangan terhadap masyarakat sipil maupun serangan terhadap penghormatan atas kesetaraan masyarakat,” tulis Malm.
Sumber: Reuters
Baca juga: Peraih Nobel: Migrasi ke eksoplanet itu ide bodoh
Baca juga: PM Ethiopia Abiy Ahmed terima Penghargaan Nobel Perdamaian 2019
Baca juga: Pegiat iklim Greta Thunberg menangkan 'Penghargaan Nobel alternatif'
DPR RI Nilai Aung San Suu Kyi Tak Pantas Raih Nobel
Pewarta: Suwanti
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2019