Keterangan tertulis dari Konjen AS Surabaya yang diterima, Jumat, melaporkan teater Prehistoric Body Theater (Teater Tubuh Prasejarah) memimpin pelatihan yang difasilitasi oleh East Bali Poverty Project untuk mengajarkan teknik-teknik tari kepada pemuda Bali dan membantu mereka membangun kreativitas.
Teater Tubuh Prasejarah menampilkan kutipan tarian mereka yang disebut Ghosts of Hell Creek di di Desa Cegi, Kabupaten Karangasem, lalu di TEDx Ubud, Gianyar pada 13 Oktober 2019 dan Rumah Sanur, Denpasar pada 16 Oktober 2019.
Ari Rudenko adalah Direktur Artistik yang berpengalaman dengan ilmu sejarah yang ditunjukkan dalam bekerja di industri seni pertunjukan. Ari Rudenko mendirikan Prehistoric Body Theater pada tahun 2015 di Indonesia, sebagian terinspirasi oleh segudang representasi tradisional dan kontemporer dari hewan dalam tarian Indonesia.
Baca juga: Penari remaja Surabaya siap bertanding di Portugal
Baca juga: Puluhan pelaku seni tradisional THR demo di DPRD Surabaya
Pertunjukan pada 12-16 Oktober itu menceritakan kisah kehidupan dan kematian dinosaurus dromaeosaurid terakhir selama kepunahan massal, dan merayakan kemunculan mamalia silsilah primata pertama setelah dampak asteroid Chicxulub.
Melalui pertunjukan ini, Ari mengeksplorasi tema keanekaragaman dan identitas. Dengan menampilkan para penari dari Solo, Papua, dan Kalimantan, ia merayakan beragam budaya dan warisan di Indonesia sementara pada saat yang sama menyoroti kisah manusia dan nenek moyang arkeologis kita.
Program seperti ini menyoroti keragaman hubungan AS-Indonesia, yang mencakup peluang pendidikan, kemitraan militer dengan militer, dan pertukaran budaya seperti ini.
"Tahun ini, Amerika Serikat merayakan 70 tahun hubungan diplomatik dengan Indonesia, dan Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Surabaya dengan bangga berbagi program kreatif dengan teman-teman Indonesia kami, terutama yang seperti ini yang menggarisbawahi hubungan orang-orang kami yang kuat dengan orang-orang dan merayakan budaya yang kaya dari kedua negara kita," kata Angie Mizeur, Public Affairs Officer dari Konsulat Jenderal.*
Pewarta: Ayu Khania Pranishita
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019