"Karena teroris itu kan berbaur di tengah masyarakat, jadi sikap kritis perlu ditumbuhkan agar masyarakat tidak menelan mentah informasi perlu tabayun dulu. Karena sikap taklid tanpa cross-check bisa membuat mereka percaya membabi buta. Ini yang harus diluruskan dengan dialog dan kajian serta komunikasi antara pejabat atau tokoh serta ulama dengan masyarakat agar terhindar terjadinya miskomunikasi," ujar Wawan di Jakarta, Sabtu.
Baca juga: Indonesia-Belanda bahas penanganan mantan simpatisan ISIS di Suriah
Pria yang juga pendiri sekaligus peneliti di Lembaga Pengembangan dan Konsultasi Nasional (LPKN) ini mengatakan bahwa pemerintah tentunya juga perlu terus melakukan komunikasi dengan masyarakat dengan memperbanyak program terkait deradikalisasi dan lainnya untuk membangun kesadaran publik akan bahayanya paham radikal terorisme tersebut.
"Pemerintah harus dekat dengan rakyat, termasuk pemerintah daerah. Harus ada program kerja yang menyentuh kekosongan, baik kekosongan isi kepala, isi hati dan isi perut secara linier dapat diupayakan secara simultan. Jangan sampai mereka beranggapan bahwa mereka didekati hanya saat diperlukan saja," tuturnya.
Pria kelahiran Kudus, 10 November 1965 ini berpendapat bahwa selama ini masyarakat bersikap acuh tak acuh dengan kondisi di lingkungan sekitarnya karena belum terkena dampak dari aksi terorisme tersebut secara langsung. Sehingga perlu adanya upaya untuk membangun kesadaran masyarakat ini.
Baca juga: Mayoritas napi teroris di Surakarta berpendidikan rendah
"Jika mereka terkena langsung biasanya lantas baru tersadar akan perlunya deteksi dini dan cegah dini. Kita perlu berikan pemahaman secara berkelanjutan dan kita ajak bicara terus agar mereka punya rasa simpati, empati dan partisipasi dalam penanggulangan terorisme," kata Wawan.
Dalam kesempatan tersebut Wawan juga menyampaikan bahwa masyarakat harus terus diajak, dilibatkan dan diminta masukannya terkait masalah penyebaran paham radikal terorisme di tanah air.
"Masyarakat tentunya perlu diajak untuk berperan aktif dan diajak berpikir bagaimana jika tiba-tiba terjadi ledakan seperti di Sibolga, di mana rumah di sekitarnya luluh lantak rata dengan tanah. Inilah perlunya peran aktif dan kepedulian dari masyarakat dan pemerintah," katanya.
Baca juga: 32 terduga teroris Kalteng ikuti program deradikalisasi BNPT
Selain itu, menurut dia, aparat keamanan juga perlu dilibatkan untuk berperan aktif mengajak dan memberdayakan masyarakat dalam membendung paham radikal terorisme tersebut.
"Babinsa dan Babinkamtibmas hingga RT, RW harus terus aktif berkomunikasi dengan warga dan masyarakat. Ajak dan beri pengertian kepada masyarakat untuk segera melaporkan jika ada hal-hal yang mencurigakan di sekitarnya. Selanjutnya ditindaklanjuti sesuai SOP agar tidak ada kelambatan. Jika ditemukan ada ajaran yang menyimpang maka segera diambil sikap sebelum terlambat," katanya.
Pewarta: M Arief Iskandar
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2019