Lei, dalam konferensi Internet Dunia di Wuzhen, China, seperti dilaporkan Reuters, Minggu, mengatakan rencana itu muncul setelah Xiaomi menghadapi persaingan yang ketat di dalam negeri dari Huawei Technologies.
Pada September 2019, Xiaomi telah meluncurkan Mi 9 Pro sebagai salah satu perangkat yang sudah mendukungan jaringan 5G di pasar domestik China.
Lei mengatakan permintaan terhadap ponsel pintar 5G telah melampaui perkiraan perusahaan dan berdampak pada persoalan rantai pasokan.
Penerimaan terhadap ponsel pintar 5G di China telah mendorong Xiaomi untuk meluncurkan berbagai model dalam tiga tingkatan harga, yaitu harga tinggi, menengah, dan rendah.
"Kalangan industri khawatir model ponsel pintar 4G sudah tidak dapat dijual pada 2020. Itu adalah langkah yang bukanlah pilihan, tapi harus diambil. Kami berharap para operator dapat mempercepat ekspansi mereka terhadap menara pendukung jaringan 5G," kata Lei.
Ponsel-ponsel pintar dengan merek unggulan di China mengalami penurunan volume penjualan pada beberapa bulan terakhir menyusul konsumen yang berbondong-bondong memilih perangkat Huawei akibat dorongan patriotisme.
Produsen perangkat elektronika yang berbasis di Shenzhen itu telah menjadi pusat perhatian dunia menyusul ketegangan perang dagang antara China dengan Amerika Serikat pada Mei 2019.
Namun, Xiaomi telah menikmati kesuksesan di pasar Eropa ketika mereka tetap menjadi pemain yang relatif baru di benua biru.
Pangsa pasar Xiaomi di Eropa selama kuartal kedua 2019 menjadi 9,6 persen dari periode yang sama pada 2018 yaitu 6,5 persen. Peningkatan itu menjadi pencapaian tertinggi dari produsen ponsel pintar di wilayah itu.
Baca juga: Xiaomi patenkan desain kamera selfie di sudut ponsel
Baca juga: Pokemon GO bermasalah di ponsel Xiaomi
Baca juga: Xiaomi kembangkan ponsel pertama dengan kemampuan video 8K
Pewarta: Imam Santoso
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2019