Jangan lupa terangi Papua

21 Oktober 2019 15:33 WIB
Jangan lupa terangi Papua
Ilustrasi: Muhammad Nur Syahril seorang operator PLTMH Walesi di Wamena Kabupaten Jayawijaya tengah memeriksa mesin pembangkit (Dokumentasi PLN Papua)

Masih ada sekitar 1.724 desa yang gelap gulita...

Menerangi Nusantara merupakan salah satu program utama pemerintah khususnya periode Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam lima tahun terakhir.

Terpilihnya kembali Mantan Walikota Solo tersebut memimpin pemerintah bersama Wakil Presiden Ma'ruf Amien, terus terbesit harapan untuk memaksimalkan rasio elektrifikasi.

Jangan lupa, bahwa Indonesia terbentang dari Sabang hingga Merauke, dengan gugusan pulau-pulaunya memiliki tantangan geografis masing-masing. Namun bukan berarti harus dipinggirkan untuk pulau yang belum sempurna infrastrukturnya tersebut.

Papua masih menjadi pulau yang memiliki presentasi kecil untuk pemenuhan elektrifikasi, dibandingkan luas pulanya.

Direktur Bisnis Regional Maluku dan Papua PLN Ahmad Rofik menerangkan dengan tantangan geografis, kerapatan hunian yang sangat rendah, dan infrastuktur yang terbatas, Program 1000 Renewable Energy for Papua dipandang sebagai solusi paling efektif untuk percepatan elektrifikasi di Papua dan Papua Barat melalui implementasi model Wireless Electricity.

“Optimalisasi energi lokal berbasis energi baru terbarukan (EBT) juga diharapkan akan memperbaiki kinerja Bauran Energi sekaligus menurunkan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) listrik,” jelas Ahmad Rofik.

Dari hasil kajian dan survei PLN, ada empat alternatif pembangkit listrik EBT yang ditawarkan dalam Program 1.000 Renewable Energy for Papua, yakni Pembangkit Listrik Tenaga Pikohidro, Tabung Listrik (Talis), Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm), serta PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya). Untuk Pikohidro, lebih cocok apabila diaplikasikan pada daerah yang memiliki perbedaan ketinggian.

Ahmad Rofik pun memaparkan rincian program pelistrikan di Papua dengan menggunakan keempat pembangkit listrik EBT tersebut.

“Rincian jumlahnya, 314 desa direncanakan untuk dilistriki menggunakan teknologi Tabung Listrik (Talis), 65 desa menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) dan Pikohidro (PLTPH), 158 desa akan menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm), 116 Desa dilistriki menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), 34 Desa dilistriki menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut, 184 desa akan diterangi dengan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebanyak 151 set, serta selebihnya 252 desa rencananya akan disambungkan ke sistem jaringan listrik (grid) PLN yang telah ada," urai Ahmad Rofik.

Pembangkit Listrik Tenaga Pikohidro merupakan pembangkit skala sangat kecil yang memanfaatkan energi potensial air, untuk menghasilkan listrik berkapasitas hingga 5.000 Watt.

Energi potensial air menggerakkan turbin, sedangkan turbin memutar generator, dan generator inilah yang dapat menghasilkan listrik.

Sedangkan tabung listrik merupakan alat penyimpanan energi (energy storage) layaknya power bank, yang digunakan melistriki rumah. Cukup dengan plug-and-play, masyarakat di pedalaman Papua sudah dapat memanfaatkan listrik dengan Talis, untuk kebutuhan penerangan hingga menyalakan televisi. Talis dapat diisi ulang di Stasiun Pengisian Energi Listrik (SPEL).

Sementara PLTBm adalah pembangkit listrik skala kecil yang memanfaatkan potensi energi biomassa, seperti bambu, kayu, serat kelapa sawit dan bahan organik kering lainnya. Pembakaran biomassa menghasilkan uap air bertekanan yang memutar turbin, kemudian menggerakkan generator untuk menghasilkan listrik. PLTBm yang dikembangkan oleh PLN Regional Maluku dan Papua berkapasitas 3 – 10 kW.

Seperti jamak diketahui selama ini Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), menjadi alternatif melistriki daerah yang sulit dijangkau oleh transportasi darat. Karena itu dengan mengandalkan sumber energi matahari, maka sangat cocok untuk kawasan terpencil. Energi listrik disalurkan melalui jaringan tegangan rendah atau digunakan sebagai SPEL untuk Talis / Energy Storage (cadangan energi).


Elektrifikasi Papua

Tanah Papua dengan bentang alam dan kekayaan geografisnya, serta paparan pegunungan dan hutan rimba, serta masih luasnya jangkauan antara wilayah satu dengan lainnya, menjadi tantangan dalam mengalirkan listrik ke rumah-rumah para penduduknya.

Dengan lokasi desa yang berjauhan dan faktor alat transportasi yang menantang, membuat PLN harus menyusun skenario alternatif untuk melistriki Bumi Cendrawasih.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, Rasio Elektrifikasi (RE) di Provinsi Papua adalah 94,28 persen dan Papua Barat 99,99 persen, sehingga saat ini rasio di dua provinsi itu adalah sebesar 95,75 persen, yang dicapai melalui kontribusi PLN (58,25 persen), program LTSHE (Lampu Tenaga Surya Hemat Energi) dari Kementerian ESDM dan listrik swadaya inisiatif pemda-pemda setempat.

"Masih ada sekitar 1.724 desa yang gelap gulita, dari jumlah desa sebanyak 7.358 desa, oleh karena itu PLN meluncurkan Program 1.000 Renewable Energy for Papua sebagai tindak lanjut dari program Ekspedisi Papua Terang,” ujar Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi F.X. Sutijastoto.

Perkiraan Rasio Elektrifikasi akhir tahun 2019 Provinsi Papua adalah sebesar 96,79 persen dan Provinsi Papua Barat sebesar 99,99 persen, dengan tambahan desa yang dilistriki oleh PLN sebanyak 399 desa dan LTSHE sebanyak 230 desa, sehingga akhir tahun 2019 masih ada 1.123 desa gelap gulita.

Program 1.000 Renewable Energy for Papua dibentuk untuk inisiatif strategis PLN untuk mencapai target rasio elektrifikasi 100 persen pada tahun 2020.

“PLN menggelar survei Ekspedisi Papua Terang di bulan Agustus-September 2018 yang melibatkan 165 mahasiswa pecinta alam dari 5 kampus perguruan tinggi negeri (Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gajah Mada, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, dan Universitas Cendrawasih). Ekspedisi ini melibatkan juga LAPAN dan TNI AD. Tujuannya untuk mendapatkan data bagi keperluan penyusunan rencana paling efektif, melistriki ratusan desa di Provinsi Papua dan Papua Barat,” ujar Ahmad Rofik.

Dengan berbekal data dari Ekspedisi Papua Terang, PLN pun memancangkan rencana pelistrikan untuk 1.123 desa, yang jumlahnya meningkat jauh dari rencana semula melistriki 415 desa.

“Program lanjutan dari Ekspedisi Papua Terang inilah yang bertajuk Program 1000 Renewable Energy for Papua, Mewujudkan Papua Terang 2020,” imbuhnya.
 

Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019