Kebijakan Presiden Joko Widodo untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan impor minyak melalui penggunaan campuran biodiesel 30 persen menggunakan Bahan Bakar Nabati (B30) menurutnya akan segera terwujud.
Sekjen Dewan Energi Nasional yang juga Plt Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto di Jakarta, Senin mengatakan uji coba penggunaan campuran biodiesel 30 persen menggunakan Bahan Bakar Nabati (BBN) atau B30 ditargetkan selesai.
Baca juga: Kementerian ESDM: B30 selesai uji coba Oktober ini, dilaksanakan 2020
"Mulai awal tahun 2020, penggunaan komposisi minyak sawit (FAME) pada biosolar sudah mencapai 30 persen dari saat ini sebesar 20 persen," ujar alumnus sarjana Teknik Perminyakan dan Program Doktral pada Teknik Perminyakan ITB itu.
Djoko Siswanto menambahkan, pemerintah berencana tak hanya mengimplementasikan B30 pada sektor transportasi. Menurut dia, uji coba B30 untuk kereta api dan kapal juga akan segera dilakukan. Ia menambahkan, kebijakan penggunaan B30 dipicu oleh tingginya impor solar. Padahal, Indonesia adalah salah satu produsen kelapa sawit terbesar di dunia.
Baca juga: Kemenko Perekonomian: B30 tidak menemui kendala
Sehingga, ketersediaan bahan baku kelapa sawit Indonesia sangat melimpah. Ia berharap dengan hadirnya B30, Indonesia tak lagi menjadi negara importir solar, dan bahkan avtur. Djoko mengajak generasi muda untuk mendukung program penggunaan B30 ini. Karena selain mengurangi beban negara dari sisi keuangan, penggunaan B30 ini juga sangat ramah lingkungan.
Upaya penggunaan B30, kata Djoko, juga merupakan komitmen Indonesia kepada dunia untuk menjaga lingkungan hidup. Tentunya, kata dia, agar dunia tetap bersih, tetap sehat. B30 juga merupakan jawaban dari Indonesia untuk mencegah terjadinya pemanasan global.
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019