• Beranda
  • Berita
  • Civitas akademik IAIN Palu pakai sarung ikut upacara Hari Santri

Civitas akademik IAIN Palu pakai sarung ikut upacara Hari Santri

22 Oktober 2019 09:42 WIB
Civitas akademik IAIN Palu pakai sarung ikut upacara Hari Santri
Peserta upacara hormat bendera merah putih saat petugas pengibar bendera mengibarkan bendera merah putih dalam upacara peringatan hari santri nasional tahun 2019, di IAIN Palu, Selasa (22/10/2019). ANTARA/Muhammad Hajiji/am.
Seluruh komponen civitas akademik di Istitut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu, Sulawesi Tengah, mengenakan sarung saat mengikuti upacara peringatan Hari Santri Nasional tahun 2019, di lingkungan kampus tersebut, Selasa.

Upacara peringatan Hari Santri Nasional pimpin oleh  Rektor IAIN Palu Prof Dr H Sagaf S Pettalongi MPd, mengenakan sarung berwarna merah, kemeja putih dan kopiah/peci hitam.

Upacara itu diikuti oleh dosen, pegawai administrasi (PNS/kontrak), mahasiswa yang semuanya mengenakan sarung dan kopiah hitam (bagi pria).

Baca juga: Hari Santri amanatkan sebar Islam kasih sayang

"Santri telah membuktikan kiprah dan perannya dalam menjaga keutuhan negara kesatuan republik Indonesia," ucap  Sagaf S Pettalongi MPd, di Palu, Selasa.

Hari Santri Nasional tahun 2019 mengangkat tema "Santri Indonesia Untuk Perdamaian Dunia".
 
Dosen dan pegawai administrasi (PNS/kontrak) IAIN Palu pakai sarung mengikuti upacara peringatan hari santri nasional tahun 2019, di IAIN Palu, Selasa. (ANTARA/Muhammad Hajiji)

agaf Pettalongi saat membacakan sambutan Sekretaris Jenderal Kementerian Agama RI, Nur Kholis Setiawan, mengemukakan isu perdamaian diangkat berdasarkan fakta bahwa sejatinya pesantren adalah laboratorium perdamaian.

Sebagai laboratorium perdamaian, pesantren merupakan tempat menyemai ajaran Islam yang rahmatan lil alamin, Islam ramah dan moderat dalam beragama.

Baca juga: Santriversary jadi puncak Hari Santri Nasional

Terdapat sembilan alasan dan dasar pesantren layak disebut laboratorium perdamaian, yakni pesantren memiliki kesadaran harmoni beragama dan berbangsa, metode mengaji dan mengkaji di pesantren diterapkan keterbukaan kajian yang bersumber dari berbagai kitab, bahkan sampai kajian lintas mazhab di pesantren, para santri biasa diajarkan untuk khidmah (pengabdian), yang merupakan ruh dan prinsip loyalitas santri dan di pesantren diajarkan pendidikan kemandirian, kerja sama dan saling membantu di kalangan santri.
 
Mahasiswa IAIN Palu pakai sarung mengikuti upacara peringatan hari santri nasional tahun 2019, di IAIN Palu, Selasa. (ANTARA/Muhammad Hajiji)

Selain itu gerakan komunitas seperti kesenian dan sastra tumbuh subur di pesantren., di pesantren lahir beragam kelompok diskusi dalam skala kecil maupun besar untuk membahas hal-hal remeh sampai yang serius, di pesantren, diajarkan merawat khasanah kearifan lokal. Kemudian, kedelapan, santri memiliki prinsip maslahat (kepentingan umum) merupakan pegangan yang sudah tidak bisa ditawar lagi oleh kalangan pesantren.dan di pesantren diterapkan penanaman spiritul. Tidak hanya soal hukim Islam (fikih) yang didalami.

Upacara peringatan hari santri nasional tahun 2019 di IAIN Palu tidak berbeda jauh dengan upacara-upacara nasional lainnya. Pengibaran bendera merah putih diikuti dengan penghormatan umum, pembacaan teks Pancasila, UUD 1945, dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, tetap ada.
 
Peserta upacara hormat bendera merah putih saat petugas pengibar bendera mengibarkan bendera merah putih dalam upacara peringatan hari santri nasional tahun 2019, di IAIN Palu, Selasa. (ANTARA/Muhammad Hajiji)

Namun, ditambah dengan menyanyikan lagu hari santri nasional. Uniknya, di IAIN Palu seluruh peserta upacara (bagi pria) mengenakan sarung, kemeja putih dan kopiah/peci hitam.   

Baca juga: Komaruddin Hidayat: Pesantren ciptakan keberagaman moderat

Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019