Santri yang merupakan jebolan pondok pesantren memiliki kapasitas sebagai duta perdamaian, kata pengamat yang juga pengurus Nahdatul Ulama (NU) Sulawesi Selatan Prof Dr Basyir Syam.jika ada stigma yang menyudutkan santri dengan persoalan terorisme, tentu akan salah kaprah
"Kualitas santri tidak dapat diragukan karena sejak pra kemerdekaan hingga kemerdekaan banyak yang sudah menunjukkan kiprahnya di dunia, baik dalam pertemuan formal maupun nonformal untuk memperjuangkan perdamaian dunia, kata Basyir terkait peringatan Hari Santri ke-5 yang diperingati secara nasional di Makassar, Selasa
Pesantren pada umumnya di Indonesia, selain mengajarkan ilmu agama sebagai bekal akhirat, juga membekali santri dengan ilmu duniawi untuk dapat mengembangkan perekonomian ataupun memberdayakan masyarakat di sekitarnya, katanya.
Baca juga: Presiden minta para santri jaga semangat resolusi jihad
Kemampuan bahasa dengan dua modal dasar yakni Bahasa Arab dan Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional, tentu menjadi landasan yang kuat santri-santri keluaran pondok pesantren dapat berkiprah di dunia internasional.
"Karena itu, jika ada stigma yang menyudutkan santri dengan persoalan terorisme dan aksi radikalisme, tentu akan salah kaprah. Karena pendidikan Agama Islam mengajarkan perdamaian dan tidak melakukan kekerasan dalam menyampaikan misi dakwahnya," katanya.
Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, lanjut dia, santri yang belajar di pondok pesantren juga mendapat pendidikan terkait perkembangan teknologi informasi, sehingga tidak tertinggal dengan pendidikan di sekolah umum.
Bahkan tidak sedikit, jebolan pesantren menjuarai lomba IT dan ilmu pengetahuan umum saat diperhadapkan dengan kompetisi tingkat nasional maupun internasional.
Baca juga: NU: Hari Santri momentum kuatkan paham kebangsaan
Pewarta: Suriani Mappong
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019