"Penunjukan Nadiem Makarim sebagai Mendikbud menjadi agak tidak pas dalam konteks jika benar pendidikan tinggi kembali di bawah Kemendikbud. Persoalan dunia pendidikan ini kompleks dan perlu jam terbang. Seharusnya Pak Jokowi mendorong Nadiem menjadi menteri yang terkait dengan proyek digitalisasi dan big data bussiness based," kata pengajar muda di Fisip Unila tersebut, di Bandarlampung, Rabu.
Dengan ditunjuknya sebagai Mendikbud, Nadiem harus bisa memenuhi ekspektasi publik terhadap dunia pendidikan di Tanah Air.
Dia pun menyoroti, posisi menteri masih dominan wakil parpol ketimbang profesional. Namun, beberapa nama profesional ia anggap layak untuk menjabat sebagai menteri seperti Erick Thohir dan Wishnutama.
Baca juga: Nadiem pamit ke karyawan Gojek
Baca juga: Nadiem mundur dari Gojek diprediksi pacu perusahaan lebih berinovasi
Arizka menilai dalam konteks struktur kementerian, integrasi satu kementerian dengan yang lain juga setidaknya diharapkan dalam membuat kementerian-kementerian tersebut bergerak melaju.
"Tapi juga saya rasa Pak Jokowi harus memberikan target terukur secara kuantitatif terhadap para menteri yang dipilih dan secara periodik dievaluasi, reshuffle kabinet ke depan jangan dianggap hal tabu, setidaknya dengan adanya reshuffle para menteri yang terpilih sekarang sudah dapat peringatan dini supaya bekerja secara maksimal," katanya.
Secara struktur juga, menurut dugaannya, terlihat masih minim fungsi, apalagi target 5 tahun ke depan memacu SDM, Menko PMK harus bisa menjadi katalisator yang baik bagi kementerian yang fokus ke soal SDM, jika tidak kompleksitas menyelesaikan persoalan SDM akan parsial dan tidak komprehensif.*
Baca juga: Cerita penelusuran kediaman Nadiem Makarim
Baca juga: Nadiem Makarim di mata pencipta aplikasi Gojek
Pewarta: Triono Subagyo
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019