"Harapannya harus ada lompatan, kalau saya katakan ini jembatan yang sudah dibuat sudah jadi, tinggal kita harus take off," kata Nasir kepada wartawan usai serah terima jabatannya kepada Menteri Riset dan Teknologi yang baru, Bambang Brodjonegoro, Jakarta, Rabu.
Baca juga: Menristek Bambang dorong swasta terlibat aktif dalam investasi litbang
Nasir mengatakan ke depan memang perlu ada kerja keras dan transisi birokrasi karena ada perubahan nomenklatur kementerian yang mana pendidikan tinggi telah dipisahkan dari Kementerian Riset dan Teknologi.
Di sisi lain, dengan Kemristek yang juga sejajar dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRAIN), maka diharapkan BRIN dapat mengintegrasikan semua riset yang ada di Indonesia.
"Ini (BRIN) yang saya cita-citakan di awal sehingga keluarlah Undang-undang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi," ujar Nasir.
Baca juga: Menristek dorong integrasi riset dari hulu sampai hilir
Dia berharap BRIN itu akan segera direalisasikan oleh Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro. Nasir telah menyampaikan pada Presiden Joko Widodo bahwa dari anggaran riset nasional sebesar Rp24,9 triliun, ternyata hanya Rp10,9 triliun yang digunakan untuk riset.
Sementara Rp14 triliun digunakan untuk operasional dan tumpang tindih (overlap) penelitian dan pengembangan. Itu menjadi suatu masalah, oleh karenanya dia mendorong pembentukan BRIN agar terjadi efisiensi penggunaan anggaran riset yang saat ini tersebar di berbagai lembaga penelitian dan pengembangan di kementerian-kementerian dan lembaga pemerintah non kementerian.
Dia juga mengingingkan riset tidak berhenti sampai di riset dasar, tapi harus ada peningkatan untuk mendorong riset itu menjadi inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat.
Baca juga: Menristek: BRIN bukan ciptakan dikotomi, tapi perkuat ekosistem riset
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019