• Beranda
  • Berita
  • Puluhan rumah tinggal di Bambu Apus krisis air bersih

Puluhan rumah tinggal di Bambu Apus krisis air bersih

24 Oktober 2019 12:59 WIB
Puluhan rumah tinggal di Bambu Apus krisis air bersih
Warga RT02 RW03 Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur memperlihatkan kualitas air tanah yang keruh imbas kemarau panjang di wilayah setempat, Kamis (24/10/2019). (ANTARA/Andi Firdaus)
Sebanyak 25 dari total 96 rumah tinggal di RT02 RW03 Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur, dilanda krisis air sejak awal September 2019.
 
"Rata-rata warga yang kekurangan air bersih ini akibat kedalaman sumur di rumahnya cuma 12 sampai 15 meter," kata Ketua RT02 RW03 Bambu Apus, Adi Ismanto, di Jakarta, Kamis siang.
 
Selain itu, kontur lahan di kawasan setempat relatif lebih tinggi bila dibandingkan kawasan sekitarnya, sehingga setiap kemarau pajang selalu dilanda kekeringan.
 
Pada Rabu (23/10) malam, produsen swasta air bersih yang menjadi mitra DKI Jakarta PT Aetra mendistribusikan bantuan air bersih sekitar 7.000 liter.
 
Air tersebut didistribusikan kepada warga yang membutuhkan dengan cara ditampung menggunakan galon maupun panci.

Baca juga: Jakarta Timur janjikan distribusi air bersih maksimal dua jam

Baca juga: Cakung dan Pulogadung kawasan rawan kekeringan Jakarta Timur

Baca juga: Krisis air Jakbar, PAM Jaya janjikan akses pipa rampung akhir tahun

 
"Itu juga setelah saya telepon lurahnya. Terima kasih kepada semua pihak yang udah membantu," katanya.
 
Warga RT02 RW03 Nomor 70, Nemi (42), mengaku sempat mengandalkan air bersih milik tetangganya yang juga tinggal di rumah kontrakan.
 
"Tapi airnya keruh. Gak layak buat dimasak," katanya.
 
Air yang keluar dari keran pun relatif kecil karena sumur yang mulai mengering.
 
"Palingan sebesar batang lidi keluarnya, beberapa menit kemudian berhenti," katanya.
 
Air bantuan dari PT Aetra diperkirakan cukup untuk keperluan rumah tangga selama dua hari ke depan.
 
"Kalau bisa sih setiap dua hari sekali dikirim air kyak begini biar bisa dipake buat minum sama masak," katanya.

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2019