"Ke depan Rabab Pasisia akan digelar di acara-acara resmi, kendati tetap ada beberapa hal yang juga kami pertimbangkan dalam pelaksanaannya," kata Bupati Pesisir Selatan, Hendrajoni di Kecamatan Lengayang, Pesisir Selatan, Kamis.
Ia menyebutkan, penampilan kesenian Rabab Pasisia merupakan bagian dari upaya untuk tetap melestarikan kesenian tersebut di tengah masyarakat serta bagian dari upaya mengenalkannya ke tamu undangan.
Selain itu juga untuk menumbuhsuburkan rasa cinta masyarakat terhadap nilai-nilai budaya yang telah mendarah daging sejak lama.
Baca juga: Tugu Rabab akan dibangun di pintu masuk Painan
Baca juga: Pemudik di BIM disambut kesenian Saluang dan Rabab
Apalagi, kesenian Rabab Pasisia atau juga yang popoler dengan sebutan Babiola ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada pertengahan Agustus 2019.
"Saat ini muncul berbagai macam pertunjukan seni dan hal itu memang tidak bisa dihindarkan, dan sudah tugas kita bersama untuk melakukan berbagai upaya agar kesenian-kesenian tradisional tetap eksis," katanya lagi.
Ia menyebutkan upaya lain yang dilakukan agar kesenian tradisional tetap eksis ialah dengan membangun tugu Rabab Pasisia di ibu kota kabupaten.
"Pembangunan tugu tersebut hampir selesai dan akan menjadi ikon. Setiap orang yang ke Pesisir Selatan terutama dari Kota Padang akan terlebih dahulu melihat tugu tersebut sebelum sampai di ibu kota kabupaten," katanya lagi.
Rabab Pasisia memiliki komposisi nada tersendiri tergantung pemain rababnya, lagu yang dibawakan juga begitu, ada yang bercerita mengenai tokoh yang melegenda, suka cita dalam kehidupan dan lain sebagainya.
Alat musik Rabab Pasisia mirip dengan biola, hanya saja biola dimainkan oleh violinis dalam keadaan duduk atau berdiri, dan memosisikannya di bahu. Sementara Rabab Pasisia dimainkan oleh tukang biola dalam keadaan bersila dan alat musik tersebut disangga dengan kakinya.*
Pewarta: Miko Elfisha
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019