Breton, yang pernah menjadi menteri keuangan Prancis di bawah mendiang Presiden Jacques Chirac, telah menjadi kepala eksekutif Atos sejak 2009.
"Dia orang yang suka bertindak, yang tahu masalah-masalah industri luar, dan yang, meskipun mengenal lembaga-lembaga Brussels, tidak akan menerapkan pendekatan birokrasi menyangkut masalah-masalah Eropa. Sikap seperti itu penting bagi presiden," kata seorang pejabat Elysee, nama kantor kepresidenan Prancis.
Pada awal Oktober, anggota parlemen Eropa menolak Sylvie Goulard, pilihan awal Macron untuk Komisaris Eropa. Para pejabat Prancis menyalahkan kalangan anggota konservatif Jerman di parlemen Uni Eropa atas penolakan tersebut.
Presiden Emmanuel Macron, yang ingin melestarikan portofolio sangat penting yang telah ia rundingkan dengan Presiden Komisi Eropa yang akan datang, Ursula Von der Leyen, berupaya untuk melupakan apa yang disebutnya dengan "krisis politik" dan telah meminta jaminan dari Von der Leyen bahwa kandidat baru akan disetujui.
Baca juga: Ursula von der Leyen terpilih sebagai Presiden Komisi Eropa
"Portofolio akan tetap tidak berubah," kata seorang pembantu presiden.
Setiap negara anggota Uni Eropa mencalonkan kandidat untuk jabatan Komisi. Para kandidat kemudian harus lulus sidang konfirmasi di Parlemen Eropa.
Terlepas dari latar belakang konservatifnya, Breton mendukung Macron selama kampanye 2017, bahkan sebelum putaran pertama pemilihan presiden berlangsung.
Tidak seperti banyak pejabat tinggi Prancis, ia bukan lulusan sekolah pemerintah ENA, tetapi memiliki gelar master teknik dari sekolah top Prancis Supelec.
Baca juga: Wapres JK bertemu Wapres Komisi Uni Eropa bahas ekonomi
Baca juga: Komisi UE upayakan Inggris tetap bayar iuran hingga 2020
Baca juga: Komisi Eropa: tak akan ada renegosiasi dengan Inggris
Presiden Terima Kunjungan Menlu Prancis
Pewarta: Maria D Andriana
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2019