"Kepada masyarakat Bali lintas generasi, baik siswa, mahasiswa, pemuda-pemudi, dan masyarakat umum, mari datang dan rayakan Festival Seni Bali Jani yang pertama ini. Mari ikut menjadi bagian sejarah kehadiran festival yang diperuntukkan seluas-luasnya untuk seni modern, kontemporer juga karya inovatif lainnya," kata Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Wayan "Kun" Adnyana di Denpasar, Kamis
Hingga saat ini, menurut Kun Adnyana, persiapan untuk helatan seni bertemakan "Hulu Teben: Dialektika Lokal-Global" yang berlangsung dari 26 Oktober-8 November 2019 sudah mencapai sekitar 95 persen.
Baca juga: Sanggar Seni Gumiart sajikan 6 tari kontemporer dalam FSBJ 2019
Selain menyajikan berbagai kesenian inovatif, yang tak kalah istimewa, telah disiapkan seni instalasi dengan "lighting" yang menarik di seputaran area Taman Budaya, Denpasar. Di samping itu juga ada sejumlah titik untuk "photo booth" di depan Panggung Terbuka Ardha Candra, Gedung Ksirarnawa, dan pintu masuk Taman Budaya.
"Tak hanya menampilkan seni instalasi outdoor yang memang telah disiapkan panitia, sekaligus juga ditampilkan seni instalasi dari para pemenang lomba di pintu masuk Taman Budaya, seputaran sungai, hingga area sebelah selatan Gedung Kriya Taman Budaya. Hal ini tentunya sangat cocok bagi generasi milenial yang gemar berburu spot-spot yang instagramable," ucapnya yang juga akademisi Institut Seni Indonesia Denpasar itu.
Festival Seni Bali Jani (FSBJ) 2019 akan dibuka oleh Gubernur Bali Wayan Koster ditandai dengan menyalakan lampu tongkat mistik (LED) disertai video mapping berdurasi tiga menit mulai pukul 19.00 Wita. Kemudian dilanjutkan dengan Gelar Seni Kolaborasi "Babad Gumatat-Gumitit".
Baca juga: Festival Seni Bali Jani sasar generasi milenial di Pulau Dewata
Kun Adnyana menambahkan, dalam FSBJ 2019 pada prinsipnya akan menampilkan enam jenis materi yaitu Pacentokan (lomba), Aguron-guron (workshop), Adilango (pergelaran), Kandarupa (pameran), Tenten (pasar malam seni) dan Timbang Rasa (sarasehan)
Babad Gumatat-Gumitit merupakan sebuah pementasan opera kabaret yang didukung oleh seluruh anggota Teater Kini Berseri berjumlah sekitar 50 orang, serta aktor-aktor teater terbaik setingkat SMA se-Denpasar , yakni dari Teater Topeng SMAN 2 Denpasar, Teater Blabar SMAN 4 Denpasar, Teater Limas SMAN 5 Denpasar, Teater Kirana SMAN 6 Denpasar, Teater Bagol SMKTI Bali Global Denpasar, Teater Teras SMAN 1 Kuta, Teater Sumukhi SMKN 2 Denpasar, Teater Orok Unud, Komunitas Djamur dan BTS Production.
Ketua Teater Kini Berseri, I Putu Gede Indra Parusha mengatakan Babad Gumatat Gumitit ini mengisahkan tentang serangga-serangga dan mahluk kecil lainnya yang sedang mengumpulkan enam mustika dari enam tempat, yaitu hutan, danau, laut, gunung sesuai visi Gubernur Bali "Nangun Sat Kerthi Loka Bali, melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru".
Baca juga: Pemprov Bali sajikan seni inovatif-moderen dalam FSBJ
Untuk memberikan nuansa kekinian, garapan ini digarap bernuansa komedi seperti ciri khas Teater Kini Berseri yang telah konsisten berkarya sejak 2010, dengan bentuk pementasan yang sama yaitu opera kabaret.
Untuk mendukung suasana, lanjut dia, garapan ini menampilkan kostum modifikasi sendiri untuk memudahkan aktor menari sambil berdrama. Opera kabaret ini, tidak ada pesan khusus yang ingin disampaikan karena masyarakat saat ini butuh lebih banyak hiburan dari pada nasihat-nasihat.
"Masyarakat sudah biasa bahkan sering mendengarkan dharma wacana (ceramah agama). Saya rasa, masyarakat kini sudah pandai bertanggung jawab atas diri sendiri dan orang lain," ucapnya.
Operet yang disutradarai oleh Benny Dipo ini diyakini akan dapat memberikan hiburan kepada pengunjung festival, karena betul-betul digarap secara apik. Garapan ini juga berkolaborasi dengan Marching Band Universitas Udayana dan orkestra dari alumni dan mahasiswa aktif Jurusan Musik ISI Denpasar.
Baca juga: Manfaat pelaksanaan Festival Seni Budaya Alam Semesta di Bali
Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019