"Saya pikir kita semua sebagai anak muda, kalau kita melihat pemerintah lamban dalam menyelesaikan permasalahan ini, jangan hanya duduk berpangku tangan. Jangan hanya diam, lakukan sesuatu, buat aksi, dan terus maju," uja Billy dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis.
Billy memberi contoh bagaimana dia dan teman-temannya membuat sebuah aksi.
Aksi itu dimulai dari ide untuk mengubah sampah-sampah plastik tersebut menjadi produk-produk berharga, yang dapat dijual dan memberikan penghasilan kepada masyarakat.
Baca juga: Pemerintah ajak milenial jaga kebersihan laut lewat Festival SDGs 2019
Dia juga menceritakan perusahaan yang dia dirikan bersama empat temannya yakni Kitong Bisa Enterprise, baru saja membuat pelatihan bisnis mengubah sampah plastik menjadi produk berharga, di Sorong, Provinsi Papua Barat.
Saat ini, Billy yang merupakan duta SDGs Indonesia 2019-2021 menghadiri konferensi Internasional laut berkelanjutan yang diselenggarakan di Oslo, Norwegia.
Acara itu dibuka resmi oleh Perdana Menteri Norwegia, Erna Solberg, dan pidato pembukaan oleh Menteri Pembangunan Internasional Norwegia, Dag-Inge Ulstein.
Pada acara itu, hadir sejumlah pimpinan negara, seperti mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, dan beberapa kepala negara diundang.
Baca juga: Konferensi SGDs bakal angkat isu lingkungan laut
Acara itu diinisiasi oleh Sustainable Ocean Alliance, sebuah organisasi yang bermitra dengan United Nations Environmental Program, dan Lembaga-lembaga internasional dalam bidang Lingkungan Laut.
Billy menambahkan acara itu menghadirkan 200 delegasi dari 50 negara, setiap tahunnya.
Indonesia selalu memperoleh porsi delegasi yang tahun ini dihadiri oleh perwakilan Kementerian Kelautan dan Perikanan dan juga Duta SDGs Indonesia.
Para delegasi tersebut menyampaikan ide tentang menjaga lingkungan laut dari bahaya polusi dan pencemaran.
Billy yang juga Pimpinan Pergerakan Papua Muda Inspiratif (PMI) menyayangkan kondisi laut Indonesia yang sangat tercemar.
Indonesia merupakan negara yang membuang sampah plastik terbanyak nomor dua terbesar di dunia setelah China. Hal itu sangat membahayakan keindahan laut Indonesia yang sangat luas, dan merusak ekosistem yang sangat beragam.
Pewarta: Indriani
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019