Kerjasama tersebut berupa fasilitas pinjaman kredit investasi sindikasi, yang jumlahnya mencapai sebesar Rp 2,25 triliun. Adapun fasilitas pembiayaan ini mencakup skema konvesional sebesar Rp 1,65 triliun dan skema non-konvensional (syariah) sebesar Rp 600 miliar.
Dalam acara penandatangan perjanjian kerjasama tersebut di Jakarta, Direktur Utama PT Bio Farma (Persero), Honesti Basyir mengungkapkan bahwa ketujuh bank nasional itu yakni BNI, BRI, Bank Mandiri, BNI Syriah, BRI Syariah, Mandiri Syariah dan Indonesia Eximbank.
"Sejalan dengan bertambahnya fasilitas produksi terbaru yang masih dalam tahap penyelesaian, pendanaan kredit investasi ini akan kami gunakan untuk penambahan fasilitas penunjang produksi dan perangkatnya seperti fasilitas quality control, persiapan pre produksi, uji klinis, dan maintenance fasilitas produksi," kata Honesti, Kamis.
Sejumlah produk vaksin akan ditingkatkan kapasitas produksinya, di antaranya vaksin Pentavalen, bahan aktif untuk bulk tetanus dan difteri. Bio Farma juga tengah menyiapkan fasilitas produksi baru di Bandung untuk produksi vaksin MR, vaksin Typoid, dan vaksin Rotavirus.
Honesti pun menyampaikan, bahwa sektor farmasi memiliki prospek bisnis yang cukup baik. Hanya saja pelaku industrinya membutuhkan pembiayaan besar guna menjalankan operasi dengan seefisien mungkin.
Dia pun menilai bahwa investasi di industri farmasi ini cukup unik. Pada dua tahun pertama perusahaan pasti berfokus pada pembangunan fisik dan peralatan. Setelah itu satu tahun sertifikasi di BPOM. Pasca sertifikasi pun seluruh produk yang dihasilkan harus memiliki nomor izin edar yang prosesnya bisa memakan waktu enam bulan hingga satu tahun.
"Jadi intinya, 4-5 tahun itu cost semua. Nah terbayang kalau kita tidak punya instrumen financing yang fleksibel, karena hitungannya baru bisa di monetize itu di tahun ke 7-8. Maka kami sangat berterima kasih kepada rekan-rekan dari perbankan semuanya," ujar Honesti.
Lebih lanjut dia menuturkan, bahwa selain menambah kapasitas produksi, Bio Farma juga berencana meningkatkan kebutuhan ekspor pada tahun ini sebesar Rp 1,2 triliun ke 144 negara tujuan ekspor. Antara lain yakni negara-negara di Afrika dan Asia, seperti salah satunya yakni India.
“Peran Bio Farma di pasar global, dengan memperluas pasar ekspor dengan ekspansi ke benua Afrika dan beberapa negara Organisasi Kerjasama Islam (OKI),” tukasnya.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2019