Shared Services Senior Manager Satker Proyek Pembangunan Bandar Udara Internasional Yogyakarta Sulistyaningsih di Kulon Progo, Senin, mengatakan simulasini merupakan pembinaan terhadap keamanan, kesehatan, dan keselamatan kerja (K3).
"Sehingga kami dapat siap dan siaga jika sewaktu-waktu terjadi keadaan darurat seperti gempa, tsunami, dan bencana lainnya," kata Sulistyaningsih.
Baca juga: Aceh tingkatkan kesiagaan dengan simulasi tsunami berkala
Ia mengatakan simulasi ini meliputi penanggulangan bencana, sistem dan kebijakan penanggulangan bencana, pelatihan pertolongan pertama gawat darurat, serta konsepsi dan opsi menghadapi bencana.
"Penting bagi kami untuk menyadari penuh akan musibah yang diluar kendali kami namun sikap dalam menghadapi bencana merupakan kendali penuh personal kami," katanya.
Sementara itu, Komandan TRC BPBD Kulon Progo Sunardi mengatakan kegiatan tersebut dilakukan mengingat wilayah Bandara Internasional Yogyakarya merupakan daerah pesisir pantai yang memiliki potensi terhadap gempa dan tsunami.
"Kami mendukung dan apresiasi penuh dengan kegiatan yang dilakukan oleh Angkasa Pura I karena potensi gempa dan tsunami tidak ada perubahan dan tidak memandang lokasi serta situasi," katanya.
Pada simulasi ini, sesuai dengan kajian terakhir, skenario (kekuatan gempa) masih di magnitude 8,8 sesuai dengan isu megathrust dan tsunami yang bisa terjadi antara ketinggian 15 sampai 20 meter dari bibir pantai dengan daerah paparan 4 km. Jadi sangat penting adanya pembinaan dan pelatihan terkait tanggap bencana ini.
"Inti dari pembinaan tersebut yaitu simulasi bencana yang diperagakan langsung oleh karyawan Satker dan stakeholder didalamnya yang turut berkontribusi penuh sehingga situasi berjalan secara nyata," katanya.
Baca juga: Wali Kota Padang apresiasi kegiatan simulasi gempa dan tsunami
Pewarta: Sutarmi
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019