Dengan mundurnya musim hujan, kebakaran hutan dan lahan terutama di sejumlah kabupaten dalam wilayah Sumatera Selatan akan terus terjadi dan memerlukan tenaga yang banyak untuk memadamkan dan kegiatan penanggulangannya agar kebakaran tidak semakin meluas dan menimbulkan bencana kabut asap yang berkepanjangan, kata Pangdam II Sriwijaya Mayjen TNI Irwan seusai apel bersama Kapolda Sumsel Irjen Pol Firli pelepasan pasukan tambahan pemadam karhutla di Mapolda, Palembang, Jumat.
Dia menjelaskan, berdasarkan patroli udara dan darat di sejumlah kabupaten rawan karhutla terutama di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir yang memiliki lahan gambut cukup luas, pada musim kemarau ini terjadi kekeringan yang cukup parah sehingga sangat rawan terbakar.
Jika terjadi kebakaran pada lahan gambut, satgas gabungan TNI/Polri, BNPB, Manggala Agni, Basarnas, dan Satpol PP yang sejak April 2019 sudah berada di lapangan sekitar 1.500 orang dan kini dilakukan penambahan 854 personel dari Polda Sumsel dan Kodam II Sriwijaya sulit dipadamkan.
Sumber air terdekat dengan lokasi lahan yang terbakar banyak mengalami kekeringan, untuk melakukan pemadaman petugas harus mengupayakannya dengan membuat sumur bor dan mencari sumber air dengan jarak yang cukup jauh.
Melihat kondisi dan fakta di lapangan sekarang ini, pihaknya berupaya menambah pasukan di lapangan membantu anggota satgas gabungan yang telah cukup lama di desa-desa rawan karhutla melakukan tugas mulia mencegah dan memadamkan api karhutla.
"Kebakaran huitan dan lahan perlu ditanggulangi bersama karena bahaya asap yang ditimbulkan dari karhutla jika dihirup keluarga kita terus-menerus dalam waktu yang lama bisa mengganggu kesehatan dan berbagai aktivitas masyarakat," ujar Mayjen Irwan.
Baca juga: Gubernur: Penambahan Satgas Karhutla upaya maksimalkan pemadaman
Baca juga: BMKG: Musim hujan di Sumsel mundur jadi November
Baca juga: Satgas Karhutla Sumsel terus berjibaku padamkan api
Sementara sebelumnya Kasi Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Klas I Kenten Palembang Nandang Pangaribowo menjelaskan bahwa musim hujan di wilayah Sumsel diprakirakan mundur dari Oktober menjadi November sehingga menyebabkan kekeringan lahan gambut semakin panjang.
Prakiraan sebelumnya musim hujan akan dimulai pada Dasaraian (10 hari) ketiga Oktober 2019, namun melihat perkembangan cuaca sekarang ini hujan diprediksi baru akan mulai terjadi pada Dasarian kedua November.
Salah satu penyebabnya yakni aktivitas badai-badai di Samudera Pasifik yang menarik massa udara ke arah badai, sehingga masa udara di Indonesia menjadi berkurang dan tidak cukup membentuk awan hujan.
Tetapi jika terjadi tekanan rendah di Laut Cina Selatan maka massa udara mengarah ke Indonesia dan berpotensi meningkatkan pertumbuhan awan hujan.
"Secara umum Sumsel sudah mendekati masa peralihan musim, jadi dalam beberapa pekan ke depan intensitas hujan di Sumsel sudah meningkat terutama Kota Palembang," ujarnya.
Pewarta: Yudi Abdullah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019