Setelah sempat kehilangan gim pertama 18-21, Praveen/Melati berjibaku merebut dua gim berikutnya 21-16, 22-20 demi menundukkan unggal pertama asal China Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong di Paris, Prancis, Minggu setempat.
"Kuncinya adalah komunikasi dan saling mendukung. Kami terus percaya satu sama lain dan tidak mau menyerah walaupun harus ketinggalan dulu," kata Melati dikutip melalui laman resmi PBSI, Minggu.
Baca juga: Praveen/Melati juara French Open 2019
Pasangannya, Praveen menyebut mental pantang menyerah sebagai faktor penting lainnya yang mengantarkan mereka memenangi partai final.
"Di setiap pertandingan, pasti ada kesempatan untuk menang, begitu juga di partai final. Siapa yang lebih siap, pasti dia yang menang. Kuncinya, kami tidak mau lengah dan menyerah begitu saja," ungkap Praveen.
Atas hasil tersebut, Melati pun mengaku sangat senang dan bersyukur. Bagi dia, kemenangan itu merupakan bukti bahwa keduanya mampu menjadi juara dalam suatu turnamen bulu tangkis tingkat internasional.
"Kemenangan ini merupakan ajang pembuktian kami, kalau kami bisa. Ini juga pasti akan menambah kepercayaan diri kami kedepannya. Tapi perjalanan masih panjang dan kami tidak boleh cepat puas," ujar Melati.
Baca juga: Gelar Denmark Open buat Praveen/Melati lebih percaya diri
French Open jadi turnamen BWF World Tour 750 kedua yang dijuarai Praveen/Melati setelah pekan lalu mereka juga berjaya dalam Denmark Open 2019.
Di Denmark, Praveen/Melati juga dipaksa bekerja keras untuk menundukkan unggulan kedua China Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping 21-18, 18-21, 21-19.
Baca juga: Jonatan akui keunggulan Chen Long di final French Open
Baca juga: Kevin/Marcus ingin hasil lebih baik di French Open 2019
Pewarta: Rr. Cornea Khairany
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2019