Akibat keadaan itu, Hong Kong tidak mungkin mencapai pertumbuhan ekonomi tahunan tahun ini, kata Sekretaris Keuangan kota tersebut, Paul Chan.
"Pukulan terhadap ekonomi kita terjadi menyeluruh," kata Chan dalam sebuah muatan blog pada Minggu (27/10).
Ia menambahkan bahwa perkiraan awal untuk PDB kuartal ketiga pada Kamis akan menunjukkan dua kuartal berturut-turut kontraksi - definisi teknis dari sebuah resesi.
Dia juga mengatakan akan "sangat sulit" untuk mencapai perkiraan praprotes pemerintah tentang pertumbuhan ekonomi tahunan 0-1%.
Protes di bekas koloni Inggris itu telah mencapai minggu ke-21. Pada Minggu, demonstran berpakaian hitam dan bertopeng membakar toko-toko dan melemparkan bom bensin ke polisi yang merespons dengan gas air mata, meriam air, dan peluru karet.
Para pengunjuk rasa telah berkali-kali membakar toko dan tempat bisnis --termasuk bank, terutama yang dimiliki oleh perusahaan China daratan, serta merusak sistem metro kota MTR Corp, yang mereka nilai bertindak atas permintaan pemerintah untuk membatasi aksi protes.
MTR telah menutup layanan kereta lebih awal selama beberapa minggu terakhir dan mengatakan akan menutup sekitar dua jam lebih awal dari biasanya pada Senin pukul 11 malam agar dapat memperbaiki fasilitas yang rusak.
Baca juga: Jaringan kereta Hong Kong ditutup setelah unjuk rasa malam hari
Jumlah wisatawan pun anjlok, yang oleh Chan disebut "darurat" dengan penurunan jumlah pengunjung memburuk pada Oktober, turun hampir 50 persen.
Operator ritel, dari mal perbelanjaan utama hingga bisnis rumah tangga, terpaksa tutup selama beberapa hari dalam beberapa bulan terakhir.
Sementara pihak berwenang telah mengumumkan langkah-langkah untuk mendukung usaha kecil dan menengah lokal, Chan mengatakan tindakan itu hanya bisa "sedikit mengurangi tekanan".
"Biarkan warga kembali ke kehidupan normal, biarkan industri dan perdagangan beroperasi secara normal, dan ciptakan lebih banyak ruang untuk dialog secara rasional," tulisnya.
Para pengunjuk rasa marah atas peningkatan campur tangan Beijing di Hong Kong, yang kembali ke pemerintahan China pada 1997 di bawah formula "satu negara, dua sistem". Formula itu dimaksudkan untuk menjamin kebebasan yang tidak bisa dinikmati di China daratan.
China membantah ikut campur. Mereka menuduh pemerintah asing, termasuk Amerika Serikat dan Inggris, menimbulkan masalah.
Sumber: Reuters
Baca juga: Bursa saham Hong Kong berakhir lemah 0,49 persen
Baca juga: China berencana ganti pemimpin Hong Kong Carrie Lam
Presiden Tutup IHSG Tertinggi Dalam Sejarah
Pewarta: Atman Ahdiat
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2019