"Gempa bumi Mindanao dirasakan hingga di wilayah Indonesia seperti Tahuna, Sangihe, Melonguane, dan Talaud dalam skala intensitas II-III MMI. Di wilayah tersebut guncangan dirasakan seperti truk berlalu," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Selasa.
Gempa dengan kedalaman 15 kilometer tersebut dipicu oleh aktivitas sesar aktif yang belum dikenali.
Menurut Daryono, gempa Mindanao, Selasa pagi, sebenarnya sudah didahului gempa pembuka yang mengguncang kuat pada 16 Oktober 2019 atau 12 hari lalu dengan magnitudo 6,4.
Baca juga: BPBD Sangihe: Gempa Mindanao terasa 3-4 detik
Baca juga: Korban tewas akibat gempa Filipina bertambah
Dampak gempa saat itu menyebabkan setidaknya satu orang meninggal dunia dan lebih dari 24 orang terluka akibat guncangan kuat yang merusak bangunan saat gempa pembuka tersebut.
Gempa kali ini magnitudonya lebih besar, sehingga tampaknya gempa kali ini akan menimbulkan kerusakan yang lebih parah, karena peta tingkat guncangannya (shake map) menunjukkan guncangan mencapai skala intensitas VII MMI. Artinya dapat terjadi kerusakan sedang hingga berat.
Dia menyatakan, wilayah Indonesia yang memiliki banyak sesar aktif perlu mewaspadainya dan belajar dari peristiwa gempa yang terjadi di Mindanao agar selalu waspada terhadap dampak gempa.*
Baca juga: Gempa 6,0 SR guncang Mindanao, Filipina
Baca juga: Gempa 5,7 skala richter guncang Mindanao tengah
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019