Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Ridha Mulyana menegaskan keberadaan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) tidak boleh ditawar lagi dan harus terus dikedepankan, sebab batu bara yang selama ini menjadi sumber utama akan hilang sehingga perlu transisi dengan energi terbarukan.Kami dari pemerintah sudah siap termasuk dalam hal regulasinya, dan ini merupakan komitmen kepada lingkungan
"Batu bara akan hilang, perlu transisi dengan energi terbarukan yang menjadi keharusan, dan Pembangkitan Jawa-Bali harus mengedepankan hal itu serta tidak boleh ditawar lagi," kata Ridha ketika membuka Pameran PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) Connect (Conference & Exhibition of Technology) 2019 di Surabaya, Selasa.
Ia mengatakan, keberpihakan kepada energi terbarukan harus menjadi komitmen bersama meski diakui tidak bisa memuaskan semua pihak, sebab negara lain telah melaksanakannya, seperti Korea Selatan, Taiwan dan lainnya.
Baca juga: MRT Jakarta berencana pakai energi baru terbarukan, kurangi emisi
"Oleh karena itu, kami dari pemerintah sudah siap termasuk dalam hal regulasinya, dan ini merupakan komitmen kepada lingkungan, dan yang perlu diutamakan adalah merah putih," kata Ridha kepada wartawan.
Menanggapi hal itu, Direktur Utama PT PJB Iwan Agung Firstantara mengaku telah mengembangkan EBT dan terus mendorong kontribusi setiap tahun agar terus bertambah.
Ia mengatakan, saat ini dari kapasitas yang ada sebesar 14 ribu Mega Watt (MW) kontribusi EBT masih sangat kecil yakni sebesar 1.250 MW, dan terus dikembangkan salah satunya Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Toru dengan kapasitas 510 MW, serta pengembangan PLTS Terapung di waduk Cirata.
"PJB JUGA telah melakukan inisiasi-inisIasi yaitu dengan melakukan uji coba 'Co-firing' di PLTU Paiton yaitu dengan menggantikan sebagian batu bara dengan wood palet, yang saat ini telah diujicoba secara bertahap sampai dengan volume 3 persen dari target 5 persen, walaupun masih perlu upaya ekstra agar keekonomiannya layak," katanya.
Selain itu, kata Iwan, PJB juga sedang menyiapkan kajian dan uji coba untuk PLTU tipe CFB di Sumatera, dimana diyakini bisa co firing sampai 30 persen dengan menggunakan cangkang sawit atau biomass lainnya.
Terkait kegiatan PJB Connect 2019, Iwan mengatakan, kegiatan dalam rangkaian dalam HUT ke 24 PJB itu juga merupakan salah satu kontribusi PJB untuk mengembangkan EBT bagi ketenagalistrikan di Indonesia, khususnya dalam menghadapi tantangan energi masa depan.
"Kami berharap, PJB Connect yang sudah terselenggara tiga tahun ini dapat menjadi penghubung antara berbagai stakeholder dalam dunia kelistrikan, baik penghubung antara supply chain kelistrikan dengan para user, serta penghubung antara ide-ide pengembangan kelistrikan di lingkungan akademisi ke dalam dunia industri, dan penghubung antara isu-isu standar internasional ke dalam industri nasional," katanya.
Baca juga: Kabinet baru diminta tingkatkan program PLTS
Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019