"Pemberian trastuzumab tentu lebih bajk diberikan lebih dini. Pemberiannya harus benar, harus efektif dari awal. Jika terlambat maka sepanjang perjalanannya, penyintas kanker payudara akan mengalami kualitas hidup yang terganggu," katanya dalam Diskusi Publik Akses Pelayanan Pengobatan Berkualitas bagi Pasien Kanker Payudara HER2 Positif yang digelar oleh Indonesian Cancer Information & Support Center (CISC) di Perpustakaan Nasional Jakarta, Selasa.
Kanker payudara jenis Human Epidermal Growth Factor Receptor Dua atau HER2-positif merupakan salah satu jenis kanker yang pertumbuhan dan penyebaran sel kankernya lebih agresif dibandingkan jenis kanker payudara lainnya.
"Kalau dia makin banyak positifnya, artinya sel kankernya makin agresif, cepat membelah diri, ganas," katanya.
Sementara itu, trastuzumab merupakan antibodi monoklonal yang dirancang untuk menyasar dan memblokir protein HER2 yang berpotensi menjadi kanker jika jumlahnya berlebihan.
Trastuzumab, menurutnya, adalah obat yang sudah diakui secara klinis dan dinyatakan sebagai salah satu obat yang harganya lebih terjangkau.
Cara kerjanya adalah dengan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh dan menekan sinyal pertumbuhan HER2 dan menghancurkan tumor.
Semakin besar nilai positif pada sel kanker HER2, maka sel kanker tersebut akan semakin responsif terhadap pemberian obat trastuzumab.
"Banyak obat lain, seperti lapatinid dan obat-obatan lain yang sebenarnya harganya mahal dan efektivitasnya tidak berbeda secara signifikan. Jadi trastuzumab itu sudah yang paling efektif," ujarnya.
Dr. Denny menyatakan bahwa obat trastuzumab tersebut sebenarnya hanya salah satu cara untuk menyembuhkan kanker payudara. Pengobatan utama kanker, terutama untuk kanker payudara, adalah dengan pembedahan untuk pengangkatan.
"Setelah diangkat baru ditambah dengan pengobatan, yang pertama ada trastuzumab. Untuk HER2 - positif ada juga pemberian radiasi dan kemoterapi, tujuannya untuk mengurangi risiko kekambuhan," katanya.
Ia menekankan pemberian trastuzumab lebih dini setelah pasien didiagnosa terkena kanker payudara HER2 - positif, maka hal itu akan menunda dan mengecilkan risiko kambuh.
"Jadi semakin dini, risiko relaps semakin kecil," katanya lebih lanjut.
Pada pasien kanker payudara HER2 - positif yang tidak mendapat pengobatan trastuzumab lebih awal, maka radiasi harus dilakukan lebih agresif untuk menutup kekambuhan.
Sebaliknya, jika obat tersebut diberikan lebih awal, maka kadar HER2 - positif-nya menjadi lebih terkontrol.
"Jadi treatment radiasi jauh lebih mudah. Artinya pasiennya pun bisa lebih tidak kambuh dibanding yang enggak dapat trastuzumab," katanya.
Baca juga: Ahli: Kanker payudara dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko
Baca juga: Kenali penanganan dan deteksi dini kanker payudara
Baca juga: Dokter: Deteksi dini kanker payudara dapat dilakukan sendiri
Pewarta: Katriana
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019