"Menghormat habib? NU-lah yang melakukannya, sejak zaman prakemerdekaan hingga saat ini," kata Robikin dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat.
Dia mengatakan di NU juga ada tradisi mencium tangan ulama dan habib.
Baca juga: Hari Santri 2019, NU ingin peran santri jaga kerukunan bangsa
"Boleh jadi tidak ada cium tangan 'wolak-walik' kepada habaib jika NU tidak melakukannya. Mengapa? Karena hal itu merupakan bagian dari perintah agama," katanya.
Menurut dia, Habib Rizieq meski memiliki perbedaan pandangan terhadap sesuatu tetaplah saudara bagi Nahdliyin. Hal itu sesuai konsep tri ukhuwah yang dipelopori KH Ahmad Shidiq dan dikembangkan NU sejak tahun 1984.
Baca juga: Said Aqil: Persahabatan NU dan PDIP harus dijaga
"Jangankan terhadap orang yang kiblatnya sama, Tuhan yang disembah sama, bahkan terhadap warga negara dan sesama manusia di seluruh penjuru dunia persaudaraan tak boleh diputus hanya karena perbedaan pemikiran," kata dia.
Kendati demikian, dia menegaskan komitmen NU terhadap NKRI. NU tidak mendukung gagasan negara Islam atau Indonesia bersyariah maupun khilafah.
Baca juga: Wakil NU dan Muhammadiyah bertemu Paus
Bagi NU, kata dia, bentuk negara ini sudah final sebagai kesepakatan para pendiri bangsa. Maka wajib bagi generasi berikutnya untuk mematuhinya karena kesepakatan adalah janji yang juga hutang yang harus dibayar.
"Bahkan sejak sebelum kemerdekaan, NU melalui Muktamar ke-11 di Banjarmasin tahun 1936 sudah menegaskan bahwa Nusantara adalah 'darussalam'," katanya.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019