• Beranda
  • Berita
  • Sektor manufaktur, startup dan ekonomi digital kunci Indonesia maju

Sektor manufaktur, startup dan ekonomi digital kunci Indonesia maju

1 November 2019 00:19 WIB
Sektor manufaktur, startup dan ekonomi digital kunci Indonesia maju
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/ Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro berbicara kepada wartawan usai Pertemuan dengan beberapa CEOs Tech/Science Company dan Venture Capital di Indonesia di Kantor Kementerian Riset dan Teknologi, Jakarta, Selasa (29/10/2019). (ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak)
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mengatakan jika Indonesia ingin menjadi negara maju, maka sektor manufaktur harus maju, startup atau wirausaha bertambah banyak serta penguatan ekonomi berbasis digital.

"Kita harapkan fenomena perkembangan digital yang luar biasa di Indonesia bisa diimbangi dengan pertumbuhan dari produksi dari manufakturnya," kata Menteri Bambang dalam peluncuran Asosiasi Alumni University of Washington di Hotel Geand Hyatt, Jakarta, Kamis malam.

Dia mengatakan perdagangan jejaring dalam (online) yang banyak sekali diakses masyarakat Indonesia harus diisi dengan produk-produk dalam negeri, dan produk dalam negeri ini akan berdaya saing jika sektor manufaktur tumbuh pesat, berkualitas dan kuat.

Baca juga: Menteri Bambang: BRIN dorong tidak ada duplikasi riset

Saat ini, kebanyakan produk yang dijual dari platform perdagangan dalam jaringan (e-commerce) seperti Tokopedia berasal dari barang impor. Jika barang-barang impor tersebut tergantikan dengan produk yang dihasilkan dari industri manufaktur Indonesia, maka Indonesia akan mampu bergerak menjadi negara maju. Tentunya, didukung juga dengan hasil, riset dan inovasi yang berdaya saing tinggi.

Apalagi Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah yang menjadi menjadi sumber bahan baku dalam industri manufaktur. Untuk itu, sumber bahan baku ini perlu diolah dengan penggunaan hasil riset, teknologi dan inovasi yang kompetitif.

"Jadi dalam market platform e-commerce, kita harapkan yang dijual adalah produk Indonesia sendiri yang sudah kompetitif jadi tidak kemudian dibanjiri barang impor yang kemudian menyusahkan ekonomi kita karena mengganggu balance of trade (neraca perdagangan)," tuturnya.

Baca juga: Menristek fokus cari format Badan Riset Inovasi Nasional

Indonesia memiliki pasar lokal yang besar di mana jumlah populasi penduduk sekitar 260 juta, dan pasar besar ini yang dilirik oleh pihak asing dengan menjual produk mereka. Seharusnya Indonesia mengisi pasar dalam negeri dengan produk-produk dalam negeri sehingga mengurangi ketergantungan dengan barang impor dan mampu mandiri. Hal ini yang diupayakan pemerintah untuk dicapai.

Jika sektor manufaktur Indonesia maju dan tumbuh pesat sambil memanfaatkan fenomena perkembangan digital, maka dapat membawa kemajuan ekonomi Indonesia meningkat dan Produk Domestik Bruto tidak stagnan di kisaran 5 persen.

"Kita harus membuat dasar yang kuat untuk masa depan Indonesia, dan itu adalah sektor manufaktur yang kuat," ujar Menteri Bambang.

Baca juga: Menristek dorong penguatan ekosistem riset-inovasi dengan "startup"

Menteri Bambang menuturkan Indonesia perlu lebih banyak wirausaha di sektor riil atau manufaktur untuk menyokong pertumbuhan ekonomi digital. Ke depan, kontribusi manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto harus meningkat.

"Satu satunya cara untuk menghentikan trade deficit adalah mengembangkan manufaktur yang didukung ekonomi digital dan kita perlu banyak pelaku-pelaku indistri manufaktur," ujar Bambang.


 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019