Hal ini dia sampaikan sehubungan dengan adanya kisruh dualisme Lemkari antara lembaga yang diketuai Jeannie Monoarfa, yang merupakan istri Anton Lesiangi, dan Yudi Krisnandi.
"Even ini juga untuk meluruskan sejarah karate, karena ada pihak yang berusaha mengubah informasi dan mementahkan peran Pak Anton sebagai pendiri Lemkari," kata Rosi usai konferensi pers di Jakarta, Jumat.
Baca juga: PB Lemkari gelar kejurnas karate pertama di Bandung
PB Lemkari didirikan pada tahun 1970 oleh Anton Lesiangi dan berhasil mencetak sejumlah atlet berprestasi, seperti Rosi Nurasjati, Aneke Mantiri, Saleh Al Habsi, dan Taroreh bersaudara (Jean dan Novi) serta lainnya.
Dualisme sempat terjadi karena sebelumnya Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) mengeluarkan akta notaris yang mengesahkan status Lemkari, namun atas nama Perkumpulan Lembaga Karate-Do Indonesia yang digawangi Yudi Krisnandi.
Namun, PB Forki selaku lembaga pengurus olahraga Karate-Do tertinggi mengeluarkan surat keputusan nomor 180/PB Forki-Sekjen/X/2019, yang memutuskan bahwa Lemkari yang resmi sesuai AD/ART dan menjadi anggota PB Forki ialah yang berada di bawah pimpinan Jeannie Monoarfa.
Baca juga: PB Lemkari targetkan 400 karateka turun di Piala Anton Lesiangi 2019
"Dalam acara nanti juga akan kami pertemukan para atlet dan pengurus yang senior dan junior, sehingga bisa saling bertukar cerita, gagasan, dan yang terpenting tahu sejarah PB Lemkari yang sebenarnya, yang dikembangkan oleh Pak Anton sejak lama," tutur Rosi menerangkan.
Kejuaraan ini rencananya akan mempertandingkan 69 kelas dalam tujuh kategori, termasuk kumite dan kata, baik individu maupun beregu.
Hingga hari Jumat, Rosi memaparkan sudah ada sekitar 250 orang dari 22 provinsi yang mendaftar, namun ia memperkirakan jumlah itu bisa bertambah menjadi sekitar 300-400 orang.
"Kami tidak mau berharap peserta mencapai ribuan, tapi kalau memang nanti ternyata pesertanya lebih banyak, ya itu lebih baik," pungkas Rosi.
Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2019