Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan tetap fokus memacu pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) agar lebih produktif, kreatif dan inovatif.
Langkah strategis ini dinilai akan mendukung upaya pemerintah dalam mendorong perekonomian yang inklusif.
“Sebab, sektor IKM adalah mayoritas dari populasi industri di Indonesia. Sehingga sektor ini diharapkan menjadi tulang punggung perekonomian nasional,” kata Menperin lewat keterangannya di Jakarta, Sabtu.
Hingga saat ini, jumlah IKM di dalam negeri melampaui 4,4 juta unit usaha atau mencapai 99 persen dari seluruh unit usaha industri di Tanah Air.
Selain itu, sektor industri mikro, kecil, dan menengah sudah menyerap hingga 10,5 juta tenaga kerja atau berkontribusi 65 persen dari sektor industri secara keseluruhan.
Dalam upaya menumbuhkan wirausaha baru khususnya sektor IKM, Kemenperin telah menjalankan berbagai program strategis seperti pembinaan yang dilakukan di sentra-sentra, melaksanakan program restrukturisasi mesin dan peralatan, serta memfasilitasi kegiatan workshop e-Smart IKM.
“Sesuai arahan Presiden, secara khusus memang menekankan pula pada pengembangan sektor IKM,” tegasnya. Bahkan, untuk mendukung penumbuhan IKM di luar Pulau Jawa, Kemenperin telah berhasil membangun 22 sentra IKM sepanjang tahun 2015-2019. Dari jumlah tersebut, sebanyak 14 sentra sudah beroperasi.
Guna menggenjot produktivitas, Kemenperin telah melaksanakan program restrukturisasi mesin dan peralatan produksi kepada 341 pelaku IKM sepanjang 2015-2018, dengan nilai investasi sebesar Rp144,65 Miliar.
Mesin dan alat tersebut antara lain diberikan kepada pelaku IKM alat angkut, sandang, aneka, barang dari kayu, furnitur, kimia, logam, mesin, serta pangan.
Badan Pusat Statistik melaporkan, pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil, pada triwulan III-2019 naik sebesar 6,19 persen (y-on-y) terhadap triwulan III-2018. Kenaikan tersebut terutama disebabkan naiknya produksi industri komputer, barang elektronika dan optik, sebesar 24,36 persen.
Selanjutnya, industri manufaktur mikro dan kecil yang juga mengalami kenaikan tertinggi, yakni industri percetakan dan reproduksi media rekaman (naik 16,23 persen), industri barang logam, bukan mesin dan peralatannya (naik 9,79 persen), industri pengolahan tembakau (naik 9,68 persen), serta industri minuman (naik 9,67 persen).
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2019