"Kami ingin ada kerja sama dengan Shenzhen di bidang pendidikan vokasi melalui pelatihan para guru atau dosen," kata Atdikbud KBRI Beijing Yaya Sutarya, Senin.
Shenzhen merupakan salah satu pusat industri teknologi informasi dan komunikasi terbesar di China. Salah satu perusahaan TIK terbesar, Huawei, berkantor pusat di kota yang secara administratif masuk wilayah Provinsi Guangdong yang berbatasan dengan Hong Kong.
"Selama ini belum ada beasiswa dari pemerintah Shenzhen. Kalau pun ada mahasiswa kita di sana, itu beasiswa dari pemerintah pusat China," ujar Yaya.
Menurut dia, para guru atau dosen dari Indonesia bisa mendapatkan kesempatan pelatihan mengajar di bidang TIK, kecerdasan artifisial (AI), teknologi kereta cepat, dan keterampilan lainnya.
Atdikbud juga menyampaikan pesan kepada pemerintah Shenzhen untuk memberikan pelatihan bahasa Mandarin kepada para calon pemandu wisata di Lombok.
Sementara itu, pihak Biro Pendidikan Kota Shenzhen berjanji akan menyanggupi permintaan Atdikbud dan bersedia meningkatkan kerja sama di bidang pendidikan, khususnya vokasi.
Atdikbud KBRI Beijing menyebutkan bahwa saat ini ada sekitar 100 pelajar asal Indonesia yang sedang menjalani studi di berbagai jenjang pendidikan di Kota Shenzhen, baik atas biaya pemerintah China maupun atas biaya sendiri.
Sebelumnya Atdik menyampaikan paparan tentang perkembangan pendidikan vokasi di Indonesia dalam Forum Pendidikan Shenzhen (SEF) yang dihadiri oleh sekitar 700 guru dan kepala sekolah vokasi dari seluruh wilayah di China.
Baca juga: 374 guru Indonesia ikuti pelatihan di China
Baca juga: Konservatorium Musik China setujui rencana pembangunan "Indonesia Center"
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2019