• Beranda
  • Berita
  • Cuitan @Jokowi di Twitter didominasi topik infrastruktur

Cuitan @Jokowi di Twitter didominasi topik infrastruktur

4 November 2019 15:54 WIB
Cuitan @Jokowi di Twitter didominasi topik infrastruktur
Presiden Joko Widodo. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari.
Perkembangan pesat ilmu komunikasi terbukti mampu membantu banyak pihak untuk menganalisa kesinambungan isi pesan di media sosial.

Fokus Presiden Joko Widodo pada lima tahun pertama kepemimpinannya dapat pula dianalisis lewat cuitannya di media sosial.

Analisa terhadap media sosial ini selaras dengan pesan Presiden Jokowi di awal kepemimpinan untuk menggunakan cara-cara baru dalam berkomunikasi.

Memasuki masa kepemimpinannya di periode kedua, Presiden Joko Widodo mengatakan ada lima fokus program kerjanya yakni pembangunan sumber daya manusia, infrastuktur, penyederhanaan regulasi, penyederhanaan birokrasi, dan transformasi ekonomi.

Kesinambungan kepemimpinan ini dapat ditelusuri kembali melalui cuitan presiden di akun Twitter @jokowi.

Lewat penelusuran ini maka dapat terlihat program apa saja yang sebenarnya menjadi fokus Presiden Joko Widodo pada lima tahun pertama kepemimpinannya.

Untuk itu, kami mencoba menganalisis program prioritas yang muncul dalam cuitan-cuitan presiden Joko Widodo sebagai salah satu bentuk aktualisasi berkomunikasi dalam format media baru.

Cara baru berkomunikasi ini termasuk penggunaan media sosial Twitter sebagai platform yang memungkinkan interaksi dua arah dengan respons cepat dan target informasi yang spesifik.

Saat ini melimpahnya sumber informasi di media sosial dapat dengan mudah dianalisis dan dimanfaatkan untuk beragam kepentingan, termasuk untuk mengevaluasi hingga meningkatkan kualitas isi pesan.

Penggunaan analisis teks yang merupakan rumpun dari analisis pesan kuantitaf adalah teknik riset untuk membuat kesimpulan dari teks komunikasi yang tersedia (Krippendorff, 2004).

Dalam menganalisa pesan di media sosial kita bisa menggunakan unit analisis tematik yang mengandalkan teks-teks yang tersebar dalam pesan. Caranya adalah dengan menghitung jumlah kemunculan kata tertentu dan membandingkannya dengan jumlah kemunculan kata lain.

Presiden Jokowi termasuk aktif di media sosial sebagaimana beberapa kepala negara lain di dunia yang memanfaatkan Twitter sebagai platform komunikasi publik, misalnya, Presiden Trump dan PM Justin Trudeau.

Sejak awal menggunakan Twitter pada tahun 2011, terdapat 2.075 cuitan yang ditulis @jokowi hingga 30 Oktober 2019. Dengan menggunakan alat analisis jaringan percakapan media sosial NodeXL, kami mengumpulkan keseluruhan cuitan tersebut dan menganalisis jumlah kata yang digunakan dalam setiap cuitan.

Analisis terhadap akun Twitter @jokowi menunjukkan sebanyak 10.107 jenis kata (unique words) yang kami kumpulkan, dengan jumlah total 47.134 kata (populasi).

Dari populasi tersebut, kami memilih kata-kata yang spesifik untuk kami kategorikan ke dalam sembilan kelompok besar, yakni 1. Ekonomi, 2. Energi, 3. Hukum, 4. Infrastruktur, 5. Kesra, 6. Ketahanan, 7. Korupsi, 8. Lingkungan, dan 9. Pertanian. Daftar kata-kata spesifik yang masuk dalam kesembilan kelompok dapat dilihat pada tabel di bawah.

Hasil analisis kami menunjukkan bahwa bahwa cuitan presiden Jokowi didominasi oleh kata-kata yang terkait dengan topik "Infrastruktur", disusul dengan topik "Ekonomi", "Kesra", dan "Lingkungan", "Pertanian", dan 'Energi".

Sedangkan topik yang paling sedikit dituliskan dalam cuitan Jokowi adalah 'Hukum", "Korupsi", dan 'Hankam'. Pada chart di bawah ini terlihat dominasi topik cuitan Jokowi dan jumlah kata yang termasuk dalam setiap topik. Pada topik infrastruktur, misalnya, terdapat 767 kata-kata yang berasosiasi dengan topik tersebut. Sementara, pada topik korupsi, hanya terdapat 52 kata-kata yang berasosiasi dengan topik tersebut.
 
Kategori cuitan @Jokowi (ANTARA/HO-Ika K Idris)



Lebih lanjut, topik cuitan mengenai Infrastruktur terdapat pada 504 dari 2.075 cuitan, topik Ekonomi terdapat pada 252 cuitan, Kesra ada di 133 cuitan, dan Lingkungan ada di 121 cuitan.

Adapun topik Pertanian, Hukum dan Energi ada pada 97, 89, dan 73 cuitan. Terakhir, pada topik yang paling sedikit menjadi perhatian presiden Jokowi di Twitter, yakin Korupsi dan Hankam, keduanya hanya disebutkan di 43 dan 18 tweet.

Dengan kata lain, topik Korupsi hanya mendapatkan porsi 2,07 persen cuitan Jokowi dan topik Hankam di 0,86 persen cuitan. Hal ini sangat kontras dengan topik Infrastruktur yang mendapatkan porsi lebih dari 10 kali lipat topik Korupsi, tepatnya disebutkan dalam 24,2 persen cuitan presiden.
 
Kelompok Kata-kata yang muncul dalam cuitan @jokowi
1. Ekonomi 'ekonomi', 'produksi', 'ekspor', 'pengusaha', 'pertumbuhan', 'impor', 'triliun', 'umkm', 'buruh', 'pajak', 'dagang***' (kata dasar “dagang” dan modifikasinya), 'pendapatan', 'ukm', 'pengangguran', 'devisa', 'bursa', 'moneter', 'nilai tukar'
2. Energi 'listrik', 'tenaga', 'energi', 'pembangkit', 'migas', 'terbarukan', 'gas', 'minyak', 'pltu', 'biodiesel', 'fosil', 'tambang', 'batu bara', 'sda', 'esdm', 'pltg', batu bara
3. Hukum 'hukum', 'hak', 'terorisme', 'teroris', 'teror', 'aksi teror', 'ham', 'tersangka', 'hukuman', 'hukumnya', 'asasi', 'hak asasi'
4. Infrastruktur 'bandara', 'dibangun', 'banjir', 'stadion', 'stasiun', 'transportasi', 'pelabuhan', 'pupr', 'fasilitas', 'taman', 'irigasi', 'bangunan', 'perhubungan', 'perumahan', 'rel', 'drainase', ‘jalan’, 'pembangunan', 'rumah', 'membangun', ‘tol’, ‘infrastruktur’, ‘jembatan’, ‘kilometer’
5. Kesra 'sosial', 'budaya', 'pendidikan', 'sekolah', 'sdm', 'tenaga kerja', 'kesehatan', 'kesejahteraan'
6. Ketahanan 'keamanan', 'militer', 'tentara', 'ketahanan', 'pertahanan'
7. Korupsi 'korupsi', 'kpk', 'amanah', 'integritas', 'hambalang', 'suap', 'penyalahgunaan
8. Lingkungan 'udara', 'bumi', 'hutan', 'lingkungan', 'kebakaran', 'sampah', 'kebakaran hutan', 'gambut', 'sawit', 'lestari', 'lingkungan hidup'
9. Pertanian 'kapal', 'pangan', 'sawah', 'ikan', 'nelayan', 'beras', 'agraria.', 'perikanan', 'panen', 'ternak***', 'komoditas', 'kelautan', 'bawang', 'tambak', 'tani***', 'hama', 'benih', 'pupuk', 'bibit', 'ladang', 'organik'

*) Ika K Idris adalah Direktur Riset, Paramadina Public Policy Institute/PPPI
**) Dyah Sulistyorini adalah Manajer Riset dan Pengembangan Data Informasi Perusahaan, Perum LKBN ANTARA

Pewarta: Ika K. Idris *) dan Dyah Sulistyorini **)
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2019