"Bike hailing menjadi komponen penting dalam menyediakan sistem transportasi umum yang komprehensif, sebagai moda untuk menghubungkan satu titik ke titik lain," ujar Loke kepada parlemen, lansir Reuters, Selasa.
Gojek -- yang didukung oleh Alphabet dan perusahaan teknologi Tencent dan JD.com -- dan Dego Ride akan mulai beroperasi selama enam bulan berdasarkan konsep bukti uji coba untuk mengukur jumlah permintaan terhadap layanan.
Proyek uji coba tersebut akan terbatas di Klang Valley, wilayah paling maju Malaysia, dan di ibu kota Malaysia, Kuala Lumpur, meskipun pemerintah akan mempertimbangkan untuk memperluas uji coba tersebut ke wilayah lain, jika ada permintaan.
Program uji coba enam bulan tersebut akan memungkinkan pemerintah dan kedua perusahaan tersebut untuk mengumpulkan data dan mengevaluasi permintaan, sembari pemerintah menyusun regulasi untuk mengatur bike-hailing.
"Bike-hailing akan tunduk pada peraturan yang sama seperti yang ditetapkan untuk e-hailing," kata menteri Loke, mengacu pada layanan ride-hailing yang telah ada sebelumnya dari Grab.
Masuknya Gojek ke Malaysia akan menciptakan tantangan besar bagi Grab, yang mempunyai pangsa terbesar di pasar e-hailing di Malaysia, setelah mengakuisisi Uber tahun lalu.
Grab, yang didukung oleh SoftBank Group, telah berjuang untuk beradaptasi dengan peraturan baru yang mewajibkan semua pengemudi untuk mengajukan permohonan lisensi, izin dan asuransi tertentu, dan harus diperiksa kendaraan serta kesehatan mereka.
Grab Malaysia, pada Oktober, mengatakan 52 persen dari mitra pengemudi telah memenuhi lisensi berdasarkan peraturan yang berlaku pada bulan yang sama.
"Ayo! Ini memang kompetisi yang sehat," kata Grab Malaysia di Twitter setelah pengumuman dari menteri tersebut.
Baca juga: GoJek uji coba operasi di Kuala Lumpur Januari 2020
Baca juga: Gojek targetkan ekspansi tiga negara pada 2020
Baca juga: CEO Gojek berencana IPO di dua negara
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2019