• Beranda
  • Berita
  • Mahakarya WS Rendra "Panembahan Reso" melalui riset 11 tahun

Mahakarya WS Rendra "Panembahan Reso" melalui riset 11 tahun

5 November 2019 18:46 WIB
Mahakarya WS Rendra "Panembahan Reso" melalui riset 11 tahun
Konferensi pers Panembahan Reso, di Jakarta, Selasa (5/11/2019). (ANTARA/Aubrey Fanani)

meski telah berselang 34 tahun, cerita drama tersebut masih sangat relevan dengan kondisi Indonesia

Mahakarya penyair sekaligus dramawan WS Rendra berjudul "Panembahan Reso" yang akan segera dipentaskan kembali, telah melalui riset selama 11 tahun. 

Hal itu dikatakan oleh aktris dan sutradara teater yang juga istri WS Rendra, Ken Zuraida saat konferensi pers "Panembahan Reso" di Jakarta, Selasa.

Drama "Panembahan Reso" akan dipentaskan kembali pada 25 dan 26 Januari 2020 di Teater Ciputra Artpreneur Jakarta.

Panembahan Reso merupakan kritik WS Rendra yang telah wafat pada 2009, terhadap praktik kekuasaan Orde Baru yang represif terhadap masyarakat. 

"Riset dimulai pada 1975. Riset panjang itu dilakukan dengan segenapnya karena pada saat itu Rendra tidak disukai penguasa. Jadi memang harus setengah mati ke sana kemari mengumpulkan data," kata dia yang ikut menemani Rendra mengumpulkan data.

 Baca juga: "Panembahan Reso" mahakarya WS Rendra akan dipentaskan kembali


Dia mengatakan Rendra menulis "Panembahan Reso" karena Rendra melihat Indonesia sebagai tempat peleburan dan bertemunya berbagai bangsa.

"Indonesia adalah melting pot yang sangat seksi, jadi jangan heran tiap hari ada benturan di Indonesia," kata Ida yang terlibat sebagai direktur artistik dalam drama "Panembahan Reso" pada 34 tahun silam.

Dia mengatakan setelah mengumpulkan data, Rendra menulis naskah. Naskah tersebut selesai pada 1985. Namun setelah kelompok Teater Bengkel Rendra melakukan pembacaan naskah dan latihan, Rendra kembali menarik naskah-naskah tersebut dan merevisinya kembali.

Setelah itu, mereka kembali melakukan latihan untuk pementasan tersebut. Baru setelah beberapa kali pertemuan, izin didapat, hanya saja  tidak boleh menggunakan Taman Ismail Marzuki.

Mereka pun melakukan pementasan di Istora Senayan selama dua hari  pada 26 dan 27 Agustus 1986

"Penampilan dilakukan di Istora Senayan, karena kami tidak mendapatkan izin untuk tampil di Taman Ismail Marzuki," kata dia.

Dia mengatakan saat itu 14.500 tiket yang disediakan habis, jadi hampir 30 ribu orang yang hadir untuk dua malam.

Baca juga: Pementasan "Rindu Rendra" digelar di TIM

Meski tampil tujuh jam dalam sehari, menurut perempuan yang di sapa Ida, sebanyak 102 orang pemain yang terlibat dalam drama tersebut tidak ada yang "tumbang" karena pentas panjang.

"Rendra menyiapkan aktor sangat luar biasa, semuanya saat latihan pagi harus menari dengan tangan ke atas selama empat jam. Itu dilakukan dari aktor paling muda berusia 16 tahun hingga 40 tahun," kata dia.

Para aktor pun bermain di pentas tersebut tanpa jeda sama sekali.

Produser "Panembahan Reso", Auri Jaya mengatakan meski telah berselang 34 tahun, cerita drama tersebut masih sangat relevan dengan kondisi Indonesia saat ini.

"Karya ini masih sangat relevan dengan situasi saat ini, karya ini adalah hasil dari sebuah kesaksian seorang Rendra sebagai seniman, yang saat itu tidak diuntungkan dalam situasi politik hari itu," kata Auri.

Panembahan Reso adalah cerita klasik dari Rendra yang menceritakan cara-cara orang untuk mendapatkan kekuasaan dengan berbagai intriknya.


Baca juga: Dewan Kesenian Jakarta napak tilas jejak Rendra

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019