Head of Danareksa Research Institute Moekti Prasetiani Soejachmoen dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa, mengatakan masalah defisit neraca transaksi berjalan atau CAD sebenarnya merupakan hal yang wajar terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Namun defisit neraca transaksi berjalan itu bisa dikatakan wajar selama disebabkan oleh meningkatnya impor barang modal dan bahan baku demi mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam enam hingga 12 bulan ke depan mengingat industri di Indonesia masih tergantung pada impor barang modal dan bahan baku.
"Defisit neraca transaksi berjalan menjadi tidak produktif apabila disebabkan oleh impor barang konsumsi yang tinggi. Yang lebih penting dalam mengatasi masalah defisit neraca transaksi berjalan adalah bagaimana Indonesia membiayai defisit tersebut," katanya.
Baca juga: BPS catatkan investasi alami perlambatan triwulan III-2019
Moekti mengatakan saat ini defisit neraca transaksi berjalan Indonesia lebih banyak dibiayai oleh investasi portofolio yang sifatnya sangat volatil dan gampang berpindah keluar negeri (capital outflow) alias "hot money".
"Menggantungkan pembiayaan defisit neraca transaksi berjalan pada investasi portfolio itu meningkatkan ketidakpastian. Sebab itu, pemerintah perlu meningkatkan investasi langsung baik Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA)," katanya.
Moekti menilai upaya pemerintah dalam menekan defisit neraca pembayaran ini sudah terlihat, apalagi jika melihat susunan Kabinet Indonesia Maju pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin periode 2019-2024.
Hal itu terlihat dari kehadiran dua menteri yang menangani penanaman modal yaitu Menko Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia.
Baca juga: Airlangga sebut implementasi biodisel atasi defisit neraca perdagangan
Menko Maritim disebut Moekti akan fokus pada investasi yang terkait energi, khususnya di sektor petrokimia untuk mendukung program biodiesel B20 dan B30 dan juga untuk investasi pada pengolahan minyak guna mengurangi ketergantungan impor migas.
"Sementara Kepala BKPM akan fokus pada pengembangan industri baru di Indonesia khususnya bagian timur," katanya.
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019