Dikutip laman The Verge, Rabu, kerentanan keamanan tersebut juga menyebabkan setidaknya 11 data anggota diakses dalam 60 hari terakhir.
Administrator Grup Facebook dapat menggunakan alat pihak ketiga untuk mengelola grup mereka, memberikan informasi tentang aktivitas grup.
Sejak perubahan tahun lalu, pengembang tidak dapat melihat nama masing-masing anggota, gambar profil atau data profil lainnya.
Namun, Kepala kemitraan Facebook, Konstantinos Papamiltiadis, dalam unggahan blog, mengatakan tinjauan kemanan yang baru-baru ini dilakukan menemukan bahwa beberapa aplikasi masih memiliki akses tersebut.
Papamiltiadis mengatakan tidak ada bukti bahwa mitra telah menyalahgunakan akses mereka, namun dia menyebutkan Facebook telah meminta mereka untuk menghapus informasi yang diperolah secara tidak patut tersebut dan akan melakukan audit untuk mengonfirmasi bahwa informasi itu hilang.
Facebook tidak mengungkapkan nama 100 pengembang ini. Papamiltiadis hanya mengatakan bahwa aplikasi tersebut utamanya adalah manajemen media sosial dan aplikasi streaming video, yang dirancang memudahkan pengelola grup untuk mengelola grup mereka secara lebih efektif dan membantu anggota berbagi video ke grup mereka.
Papamiltiadis juga tidak menyebut informasi seperti apa yang dapat diakses, dan juga berapa banyak pengguna dan grup yang dapat diakses.
Facebook mengunci antarmuka pemrograman aplikasi (API) pada fitur Grup pasca skandal kebocoran data Cambridge Analytica, sehingga sedikit mengejutkan ketika ada sejumlah pengembang aplikasi lolos dari celah keamanan tersebut.
Baca juga: Facebook luncurkan logo baru perusahaan
Baca juga: Pejabat pemerintah jadi target peretasan WhatsApp
Baca juga: Facebook siap bayar denda terkait skandal Cambridge Analytica
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2019