Mahasiswa tersebut membangkang terhadap larangan atas masker yang pemerintah berlakukan bulan lalu dalam upaya mengekang kerusuhan yang selama lebih dari lima bulan telah mengguncang kota yang dikuasai China itu.
Dengan mengenakan pakaian wisuda, banyak mahasiswa berdendang saat mereka berjalan dari satu stasiun metro ke tempat wisuda, dan menyeru pemerintah agar menanggapi tuntutan pemrotes yang meliputi hak pilih universal.
Pemrotes berawal mengenai rancangan undang-undang ekstradisi, yang sekarang dibatalkan dan mestinya mengizinkan pelanggar hukum dikirim ke China Daratan untuk diadili, tapi telah berkembang menjadi, antara lain, seruan bagi demokrasi yang lebih besar dan penyelidikan independen mengenai keluhan tentang kekerasan berlebihan oleh polisi.
"Yang paling penting adalah semua ingin lima tuntutan tak kurang satu pun, sekalipun kita semua kehabisan tenaga, kita tak boleh menyerah." kata Kelvin (22), lulusan teknik inteformasi, sebagaimana dikutip Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis.
Berbulan-bulan protes anti-pemerintah yang kadangkala rusuh telah menjerumuskan bekas koloni Inggris itu ke dalam krisis terbesarnya dalam beberapa dasawarsa, tanpa tanda demonstran berencana berhenti.
Yang menjadi pangkal kemarahan banyak pemrotes ialah apa yang mereka pandang sebagai campur-tangan China dengan kebebasan yang dijanjikan buat Hong Kong.
China membantah melakukan itu dan telah menyalahkan negara Barat karena mengendalikan kekacauan di pusat keuangan itu.
Protes tersebut telah merusak ekonomi kota tersebut, yang terjerumus ke dalam resesi untuk pertama kali sejak krisis keuangan global pada kuartal ketiga.
Sektor pariwisata dan retail telah mengalami pukulan sangat keras dan jumlah pelancong merosot karena wisatawan tak mau datang.
Beijing mendukung tindakan berani guna menangani pangkal kerusuhan, kata seorang pejabat China pada Rabu, dengan mengutip masalah sosial termasuk perumahan yang tak terjangkau.
Protes lain direncanakan pada Kamis dan sepanjang akhir pekan, ketika massa yang lebih besar biasanya berkumpul.
Sumber: Reuters
Baca juga: Pemerintah Hong Kong batalkan pembicaraan dengan mahasiswa
Baca juga: Ribuan pengunjuk rasa abaikan hukum anti-penutup wajah di Hong Kong
Baca juga: Pejabat: China dukung tindakan tegas atas akar protes Hong Kong
Pewarta: Chaidar Abdullah
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019