• Beranda
  • Berita
  • Ribuan babi mati di Sumut terindikasi African Swine Fever

Ribuan babi mati di Sumut terindikasi African Swine Fever

8 November 2019 10:36 WIB
Ribuan babi mati di Sumut terindikasi African Swine Fever
Petugas Balai Veteriner Medan melakukan uji coba laboratorium sempel bangkai babi di kantor Balai Veteriner Medan Jalan Gatot Subroto Medan, Kamis (7/11/2019) sore. ANTARA/Nur Aprilliana Br Sitorus/aa.

Virus ini serangannya cepat dan sistemik,

Ribuan ternak babi di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) yang mendadak mati diduga tidak hanya terjangkit virus Hog Cholera atau Kolera Babi, melainkan juga terindikasi virus African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika.
 
Hal itu berdasarkan hasil uji laboratorium sempel bangkai babi di Medan yang dilakukan Balai Veteriner Medan.
 
"Saya katakan indikasi karena selama ini tidak pernah ada dan saya katakan sampai saat ini tidak ada serangan virus ASF, tapi kalau indikasi ASF, iya. Beda antara ada dan indikasi ya," kata Kepala Balai Veteriner Medan Agustia MP di Medan, Jumat.
 
Agustia mengungkapkan bahwa untuk membuktikan adanya ASF, harus dilakukan uji lab berkali-kali. Karena katanya, virus ASF ini belum pernah ada di Indonesia dan belum ada obatnya.

Baca juga: Temuan bangkai babi, Dinkes belum pastikan berdampak bagi kesehatan

 
"Virus ini serangannya cepat dan sistemik. Babi yang diserang tidak kelihatan sakit namun bisa tiba-tiba mati. Virus ASF ini masuk ke dalam tubuh dan mematikan organ-organ," sebutnya.

Baca juga: Puluhan bangkai babi ditemukan di Sungai Bederah Medan
 
Sebelumnya, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumatera Utara mencatat ada 11 Kabupaten/Kota yang terkena wabah virus hog cholera yaitu Dairi, Humbang Hasundutan, Deli Serdang, Medan, Karo, Toba Samosir, Serdang Bedagai, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan dan Samosir.
 
Dari 11 kabupaten/kota tersebut sebanyak 4.682 ekor babi dilaporkan mati akibat virus ini. Hingga kini, Pemprov Sumut bersama pemerintah daerah berupaya keras untuk menangani masalah tersebut.
 
 
 
 

Pewarta: Nur Aprilliana Br. Sitorus
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019