• Beranda
  • Berita
  • Peneliti sebut tokoh Pegunungan Papua layak jadi pahlawan nasional

Peneliti sebut tokoh Pegunungan Papua layak jadi pahlawan nasional

8 November 2019 22:53 WIB
Peneliti sebut tokoh Pegunungan Papua layak jadi pahlawan nasional
Upacara Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2019 yang berlangsung di Distrik Silo Sukarno Doga, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua. (FOTO ANTARA / Marius Frisson Yewun)

Saat itulah terjadi ikrar kesetiaan para kepala suku Pegunungan Tengah Papua yang dipimpin oleh Silo Doga. Di hadapan Presiden Soekarno diikrarkan bahwa Irian Barat (nama Papua waktu itu) adalah bagian dari NKRI

Salah satu tokoh pejuang Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) 1969, Silo Sukarno Doga layak diusulkan untuk menjadi pahlawan nasional asal Pegunungan Tengah Papua, kata peneliti senior dari Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto

"Tokoh ini bernama Silo Sukarno Doga. Pada masa Pepera 1969, Silo Doga kepala suku besar yang paling berpengaruh di masyarakat Pegunungan Tengah, Jayawijaya, Papua, merupakan salah satu pejuang yang sejak awal menyatakan kesetiaannya bergabung dengan NKRI," katanya di  Kota Jayapura, Papua, Jumat.

Pada tahun 1960-an, lanjut alumnus Univesitas Udayana Bali itu, Silo Doga bersama kepala-kepala suku lainnya dari sejumlah daerah di Irian Barat (Papua) pernah diundang ke Istana Presiden di Jakarta oleh Presiden Soekarno.

"Saat itulah terjadi ikrar kesetiaan para kepala suku Pegunungan Tengah Papua yang dipimpin oleh Silo Doga. Di hadapan Presiden Soekarno diikrarkan bahwa Irian Barat (nama Papua waktu itu) adalah bagian dari NKRI," katanya.

Silo Doga juga, ungkap Hari, meminta agar nama Soekarno digabungkan dalam namanya menjadi Silo Sukarno Doga sebagai simbol persaudaraan, kasih dan kesetiaan.

"Setelah kembali ke Papua, tepatnya di Jayawijaya, wilayah ulayatnya dinamakan Distrik Silo Karno Doga. Distrik Silo Karno Doga merupakan distrik dengan wilayah terluas di Kabupaten Jayawijaya, Papua," katanya.

Ia  mengemukakan bahwa sudah selayaknya nama salah satu pejuang Pepera 1969 itu diusulkan dan dipertimbangkan, bertepatan dengan momentum Hari Pahlawan pada 10 November 2019.

"Saya kira dengan adanya usulan seperti ini, rasa nasionalisme bagi orang Papua, khususnya di Pegunungan Tengah menjadi lebih nyata, karena merasa ikut berjuang, merasa memiliki dan ini juga bentuk penghargaan terbesar dari negara dan bangsa Indonesia," katanya.

Sebelumnya, pada 1 Juni 2019 bertempat di Distrik Silo Sukarno Doga, Pemkab Jayawijaya menggelar upacara peringatan hari lahirnya Pancasila.

Upacara yang berlangsung di Monumen Pahlawan Silo Sukarno Doga itu dihadiri Wakil Bupati, Sekda, para pegawai pemkab serta TNI/Polri dan tokoh adat.

Upacara yang berlangsung di bawah pohon-pohon besar serta dikelilingi rumah adat atau honai itu dipimpin oleh Bupati Jayawijaya Jhon Richard Banua.

Bupati Jhon Banua di Monumen Silo Sukarno Doga mengatakan upacara di kampung itu sebagai bentuk penghargaan kepada tokoh pejuang Pepera.

Ia mengatakan Silo Sukarno Doga merupakan tokoh perjuangan untuk delapan kabupaten yang ada di wilayah pegunungan Papua.

"Orang tua-tua inilah yang menjadi 'Pahlawan Pepera' untuk kita di delapan kabupaten ini, yang sebelumnya masih masuk Kabupaten Jayawijaya. Jadi saya kira kita upacara di tempat ini supaya mengenalkan orang tua punya jasa yang besar," demikian Jhon Banua.
​​​​​​​
Baca juga: Yorrys : transmigran di Papua adalah pahlawan

Baca juga: Pepera Papua Sah Berdasar Resolusi PBB

Baca juga: Gugat Pepera, Warga Papua Berkumpul di Timika Indah

Pewarta: Alfian Rumagit
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019