"Kalau hujan, kami imbau jangan ada yang berada di aliran sungai," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Sleman Makwan di Sleman, Sabtu.
Kendati demikian, menurut perkiraan Makwan, kalaupun terjadi banjir lahar hujan kemungkinan tidak akan mencapai daerah bawah gunung.
"Saat ini material vulkanis masih berada di sekitar puncak. Hujan jarang terjadi di puncak, hujan sering lereng Merapi," katanya.
"Jika terjadi banjir lahar hujan, tidak akan terlalu membahayakan pemukiman penduduk, karena saat ini kedalaman sungai yang berada di lereng Merapi sangat dalam," katanya.
Sungai Gendol misalnya, palungnya dalam karena sudah ditambang sehingga saat terjadi lahar hujan, material vulkanik yang terbawa air akan mengisi bekas galian tambang terlebih dahulu.
"Banjir lahar hujan diprediksi tidak akan sampai ke daerah bawah. Apalagi material vulkanik yang dilontarkan Merapi tidak sebanyak seperti erupsi Merapi 2010," katanya.
Ia menambahkan, Sabo dam penahan banjir juga banyak dan kapasitasnya besar. "Jadi potensi membahayakan pemukiman penduduk kecil," katanya.
Gunung Merapi di Perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 9 November 2019 pukul 06.21 WIB memunculkan awan panas dengan kolom letusan terpantau setinggi 1.500 meter dari puncak condong ke arah barat.
Komandan SAR DIY Brotoseno pada peringatan sembilan tahun erupsi Merapi 2010 beberapa waktu lalu mengatakan seluruh relawan SAR Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini menganggap status Merapi sudah pada level Awas dan siaga turun sewaktu-waktu ada gejolak di Merapi.
Baca juga:
Gunung Merapi keluarkan awan panas letusan setinggi 1.500 meter
Merapi erupsi, masyarakat diminta tenang
Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019