"Aku sih suka Cut Nyak Dien, aneh Cut Nyak Dien itu. Berjuang kekeuh sampai meninggal di pengasingan dan menolak tunduk (Belanda) dan jiwa penolakannya itu kuat sekali," kata Ine belum lama di Jakarta.
Sebagai pemain teater, Ine bersyukur karena selalu diberi kesempatan untuk memerankan sosok idolanya bahkan dia telah memainkannya sebanyak 20 kali.
"Kebetulan aku bawain naskah Cut Nyak Dien udah 20 kali. Jadi tahun lalu saya bawain Cut Nyak Dien di 10 kota jadi bawain spiritnya. Pahlawan itu kan spiritnya yang bisa kita rasakan," ujar Ine.
Menurut pemain film "Bumi Manusia" itu, kisah-kisah kepahlawan yang pernah diajarkan di sekolah membawa spirit tersendiri bagi setiap orang dan Ine sangat menyukai cerita pahlawan terdahulu.
"Sama Diponegoro luar biasa, Sultan Hasanuddin saya juga suka. Ya cerita-cerita pahlawan selalu punya sisi heroik yang bisa ditularkan ke kita," jelasnya.
Ine berharap pada saat Hari Pahlawan tidak hanya sekadar menjadi sebuah peringatan semata, namun ada makna yang lebih dalam khususnya dalam meneruskan semangat perjuangan.
"Hari Pahlawan Nasional memang harus selalu diperingati. Dengan kita memperingati Hari Pahlawan ya mudah-mudahan enggak cuma seremonial aja tapi kita juga mengenal essence apa yang mereka perjuangkan," kata Ine.
"Sekarang sih mungkin semua orang bisa jadi pahlawan untuk keluarganya, dirinya, cita-citanya pahlawan itu yang kita kenal mungkin yang berjuang di era kemerdekaan, tapi sekarang ibu yang berjuang untuk anaknya, ayah yang mencari nafkah untuk keluarganya juga pahlawan sejati jadi setiap orang bisa jadi pahlawan," lanjutnya.
Baca juga: Sha Ine kangen main teater
Baca juga: Sha Ine kesulitan berperan sebagai orang super jahat
Baca juga: "Bumi Manusia" bikin Sha Ine Febriyanti langgar kebiasaan
Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2019