Ketua Umum Shrimp Club Indonesia (SCI) Iwan Sutanto dalam rilis KKP di Jakarta, Minggu, mengungkapkan budidaya udang di Indonesia kerap menghadapi kendala penyakit sehingga banyak pembudidaya yang mengalami gagal panen.
Iwan Sutanto menyampaikan hal tersebut saat beraudiensi dengan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo bersama-sama dengan perwakilan Petambak Muda Indonesia (PMI), dan Asosiasiasi Pengusaha Pengolah dan Pemasar Hasil Perikanan Indonesia (AP5I) didampingi Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto, di Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jumat (8/11).
Menurut dia, Indonesia cukup beruntung tidak terkena wabah Early Mortality Syndrome (EMS) di saat negara lain seperti China yang terjangkit wabah penyakit tersebut.
Guna mencegah penyakit serupa masuk ke Indonesia, pelaku usaha budidaya berharap agar KKP mengeluarkan aturan-aturan terkait pencegahan penyakit dan melanjutkan gugus tugas yang tengah dilakukan bersama dengan pemangku kepentingan perudangan nasional.
Harapan ini disampaikan kepada KKP karena selama ini KKP melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) dinilai telah banyak membantu persoalan yang dihadapi para pelaku usaha budidaya, termasuk salah satunya saat produk udang Indonesia ditahan Amerika Serikat (AS) akibat tuduhan subsidi.
"Bicara ekspor, ya pasti mengarah ke udang karena 60 persen dari ekspor udang Indonesia adalah udang hasil budidaya. Bahkan nilainya di atas tuna," ucap Iwan.
Selain itu, masih menurut dia, budidaya udang ini memang tempatnya mencari uang dan devisa, serta juga bidang yang dapat menciptakan banyak wirausahawan baru.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo menginginkan kesenjangan hasil produksi antara petambak dengan modal besar dengan petambak rakyat di berbagai daerah dapat diperkecil sehingga tingkat produktivitasnya sama-sama tinggi.
"Masih banyak yang harus perlu kita perbaiki dan benahi, seperti di budidaya udang," kata Edhy Prabowo dalam acara peluncuran buku "Total Akuakultur" dalam rangkaian acara Indoaqua 2019 di Jakarta, Kamis (7/11).
Menurut dia, ada kesenjangan yang luar biasa besar antara hasil produksi petambak udang rakyat dengan petambak besar yang menggunakan sistem intensif dengan menggunakan teknologi yang lebih maju.
Edhy mengungkapkan, hasil udang petambak dengan sistem intensif bisa mencapai sekitar 50 ton setahun, sedangkan hasil produksi petambak rakyat itu kerap paling bagus hanya 1 ton per tahun.
Bila kesenjangan itu dapat diatasi dan tingkat produktivitas petambak rakyat juga semakin meningkat, maka diyakini akan terdapat tambahan devisa negara yang luar biasa besar jumlahnya.
Menteri Kelautan dan Perikanan Ri juga mengajak agar semakin banyak anak muda yang ke depannya tertarik untuk menjadi pembudidaya komoditas sektor kelautan dan perikanan.
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2019