• Beranda
  • Berita
  • Rusia tuduh oposisi Bolivia picu gelombang kekerasan

Rusia tuduh oposisi Bolivia picu gelombang kekerasan

11 November 2019 22:05 WIB
Rusia tuduh oposisi Bolivia picu gelombang kekerasan
Presiden Bolivia Evo Morales mengumumkan pengunduran dirinya di Lauca N. Cochabamba, Bolivia, Minggu (10/11/2019). Gambar diambil dari rekaman video TV Pemerintah Bolivia. Bolivian Government TV via REUTERS/ama/djo (REUTERS TV/REUTERS TV)
Rusia, Senin, menuding oposisi Bolivia memicu gelombang kekerasan di negara Amerika Selatan itu.

Rusia melihat bahwa upaya Pemerintah Bolivia, untuk mendorong agar dialog tercipta, telah dikalahkan oleh upaya kudeta.

Presiden Bolivia Evo Morales pada Minggu menyatakan mundur dari jabatannya guna meredakan kekerasan yang telah mendera negara itu sejak pemilihan berakhir dengan sengketa.

Pada saat yang sama, Morales memicu kekhawatiran --bahwa kekerasan akan bertambah parah-- dengan mengatakan bahwa ia adalah korban "kudeta" dan terancam ditangkap.

Dalam pernyataan, Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan khawatir melihat keadaan di Bolivia. Karena itu, Kemlu Rusia mengimbau semua kekuatan politik di negara itu untuk menggunakan akal sehat dan bertindak dengan penuh tanggung jawab.

Sumber: Reuters

Baca juga: Menlu Meksiko: harusnya "tidak ada kudeta" di Bolivia

Baca juga: Pemerintah Nikaragua kecam 'kudeta' BolivIa

Baca juga: Militer Bolivia nyatakan takkan 'hadapi' rakyat

Pewarta: Tia Mutiasari
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2019